Header Ads

Fearless: Tak ingin War

Takut, tak berani maju, aku terdiam di pojok ruangan. Mata kututup, tertunduk malu, membisu dan menekan imaji agar tak sempat melayang. Di luar ada perang, di dalam hatiku ada perang, di mana-mana terjadi perang yang seakan tak pernah usai. Para pemimpin memerintahkan militer pendukungnya menyerang para pemberontak. Dua pemikiran saling beradu. Kekuatan melawan kelemahan. Rasa tidak puas dibantai oleh popor senjata. Bukan melalui pendekatan yang manis dan berintelejensi.

            Kaok burung gagak di luar sana membuatku semakin takut. Mayat-mayat pasti bergelimpangan dan menimbulkan bau yang bisa membuatku muntah. Seisi perut akan kukeluarkan melihat kematian sahabat-sahabatku. Aku takut, lemas dan mati nyawaku perlahan-lahan. Mendengar segala kepalsuan bernama perang. Tak pernah ada kegembiraan yang hinggap di kepalaku. Semua selalu jeritan, rontaan, tangisan, dan umpatan. Tak senyuman, pula celotehan.

            Perang batinku merasakan diriku sendiri yang takut. Yang tak mampu bertindak untuk melawan, ke luar dari ruangan dan meneriakkan apa yang harus dikatakan.

            “Bunuhlah aku bersama teman-temanku agar aku tak merana. Dan kalian para penjajah lengkap sudah kepuasanmu!”

            Aku tak mampu, aku memilih hidup.

Tidak ada komentar