Header Ads

Ibu Negeri Rindunesia Berpolitik (Membuat Program yang Tidak Hanya Senam Poco-Poco)

Ibu-ibu di seluruh penjuru negeri, mari kita senam. Lupakan harga minyak, lupakan berita pembunuhan berantai di televisi. Mari kita luangkan waktu untuk mengolah raga, agar jiwa kita kembali bersih. Saya sebagai ibu negeri, pendamping setia pejabat nomor wahid Rindunesia, mengajak ibu-ibu untuk berrekreasi di minggu pagi ini. Di istana negeri yang sekarang telah dibuka untuk umum. Tak ada batasan lagi antara pemikiran pengurus negeri dengan orang awam. Semua sama dan tak ada basa-basi. Mari nikmati pelataran istana ini dengan bergoyang, bergerak pelan, melonjak, dan bergembira. Luapkan kekesalan ibu-ibu langsung kepada saya. Setelah senam selesai. Sekarang, saya akan memimpin ibu-ibu.

            Mulai, goyangkan kepala. Ke kanan dan ke kiri. Gerakan di mulai dari kepala. Agar tidak terjadi kram kepala. Ibu-ibu sudah terlalu lama dipusingkan dengan aneka permasalahan. Maka ikuti saya. Teleng ke kanan dan ke kiri. Bagus, dua kali delapan hitungan. Bagus ....

            Sekarang bahu, ibu-ibu. Putar ke depan, ke belakang. Ikuti irama musik dangdut. Resapilah pesan yang disampaikan sang penulis lagu. Bagus, ganti gerakan. Ke atas dan ke bawah. Dua kali delapan hitungan. Siap.

            Tenang, ibu-ibu. Tak usah tegang, tak usah mengeluh. Saya melihat ibu di sebelah sana gelisah. Saya tahu ibu memikirkan sesuatu. Kami telah menyediakan makanan kecil di dalam istana. Tenang saja, ibu-ibu. Bukan hanya tamu penting negeri saja yang berhak menikmati santapan keluarga istana. Ibu-ibu nanti akan dijamu besar-besaran. Siapkah ibu-ibu?

            Terus ikuti saya, ibu-ibu. Kalau biasanya ibu-ibu dikasih tunjuk politik khas suami saya, sekarang saatnya saya memperkenalkan gaya politik saya. Saya membuat gebrakan politik. Yang berbeda dari suami saya. Agak berlainan, tunggu sebentar saya lupa. Oya, ingat lagi. Perkenalkan, inilah ajaran politik a la ibu negeri Rindunesia. Tapi jangan tertawa dahulu ibu-ibu. Saya sedikit grogi. Tapi tak apalah, sambil menggerak-gerakkan kaki, saya berlatih orasi politik di depan ibu-ibu.

            Satu, suami didampingi.

            Dua, suami disayang-sayang.

            Tiga, suami diasuh.

            Empat, suami ditunjukkan kesalahannya.

            Lima, membuat improvisasi sendiri.

            Coba ibu-ibu, kita ucapkan bersama-sama. Bagus ....

            Ibu-ibu, saya mempunyai program baru. Apa ya lupa saya. Oya, saya ingat lagi. Membuat program agar para istri pejabat lebih kreatif mengurus suaminya. Menjaga agar mereka tidak berkorupsi. Ya, mulai dari senam seperti ini. Bagaimana ibu-ibu, cakap sekali program yang saya buat bukan?

            Terus ibu-ibu, terus bergoyang. Jangan cemas, semua harus dilakukan dengan ikhlas. Jangan merasa ada yang memaksa. Yang penting, ibu-ibu senang memiliki ibu negeri seperti saya, yang mempunyai segepok ide untuk membantu suami dengan cara genius. Tidak seperti ibu negeri sebelumnya. Saya ingin menggebrak pemikiran negeri yang mampet, yang tidak hanya membuntuti sang suami, yang tidak melayani suami di ranjang saja. Saya ingin lebih dari itu. Menunjukkan aspirasi politik sendiri, di luar pemikiran politik suami. Hebat bukan, Ibu-ibu?

            Gerakan inti, pendinginan, dan makan besar. Hal terakhirlah yang memakan waktu banyak. Setelah itu, program-program sang ibu negeri menguap bersamaan dengan tahi ibu-ibu yang disetorkan ke WC istana negeri.

Tidak ada komentar