Tika Gadis Sering Mengejang (Bagian 3)
Aku orang Jawa, dan aku bangga dengan asal-usulku. Meskipun banyak orang bilang bahwa sukuku cenderung bersikap lambat, tapi aku sangat menghargai prinsip-prinsip kejawaan. Tak peduli bisikan orang, yang penting sebisa mungkin aku tidak menutupi rasa asli dalam darahku. Diluar pembicaraan tentang Sri Mariyah, tapi aku kali ini bereksperimen dengan mempraktikkan kebiasaan orang Jawa. Sering kali jika ada orang sakit parah dan tak kunjung sembuh, kami memberikan nama alternatif sebagai usaha memohon kesembuhan. Bisa jadi nama asal si penderita terlalu berat, atau tidak sesuai dengan tubuhnya. Memang jika dipikir secara rasional tidak bisa diterima. Namun, orang Jawa adalah orang Jawa, tindakan tak logis bisa dimaknai secara dalam. Ini sebuah kekayaan budaya dan janganlah anggap sebuah kemusyrikan.
Kembali lagi ke masalah penggantian nama, banyak sekali orang yang terlalu berambisi memberikan nama anaknya dengan memakai nama barat. John, Fergie, Charles, Smith, dan aneka nama yang tak akrab di telinga manusia timur. Inilah sebenarnya yang menjadi “penyakit” bangsa ini. Seolah melepas begitu saja jati diri bangsa yang sebenarnya tak akan pernah dapat digantikan dengan cita rasa lain. Jiwa Jawa, hati Jawa, tubuh Jawa kini pelan-pelan raib.
Aku sendiri mempunyai nama Jawa baru yang diberikan oleh nenekku. Ini karena sakit yang tak kunjung sembuh. Nama Jawaku SM. Tidak perlu kesebutkan, maaf sekali pembaca. Bukan arogan tapi aku menjaga kerahasiaan diri agar para penggemar tidak memanfaatkan secara membabi buta nama baruku tersebut. Sudahlah, semoga Anda memahaminya. Terima kasih.
Belum tuntas aku bercerita. Sri Mariyah nama baru gadis sering mengejang itu. Sri mempunyai makna berlimpahnya berkah, dan Mariyah adalah harapan besar agar dia lekas sembuh. Nama indah yang kuberikan kepada gadis itu. Semoga dia kembali bergabung dengan teman-temannya menikmati indahnya bumi. Melepaskan busur angan-angan, menembus langit dan jatuh kembali ke bumi berwujud kesenangan.
Post a Comment