Header Ads

Taj Mahal Ala Cibaduyut

Sacred Love: Taj Mahal ala Cibaduyut
 

Entah apa yang ada dalam pikiranku hingga sampai hati mencintai seorang pembantu kerajaan. Kurang apa isi kerajaanku? Harta, perempuan cantik, kemegahan istana, dan segala kenikmatan duniawi semua ada di hadapanku. Namun jiwa besarku sebagai Raja Hindustan runtuh seketika kala melihat keanggunan hati pembantu baru itu. Aku mendapatkan dia sebagai hadiah perdamaian dengan kerajaan Persia. Awalnya aku hanya menganggap dia layaknya budak biasa dan menempatkannya sama sederajat dengan perempuan penikmat berahiku seperti biasa. Tak mungkin hatiku tertarik kepada seorang pelayan secantik apapun. Kehidupanku laksana gemerlapnya kerajaan, perempuan silih berganti mengunjungi ragaku namun bukan hatiku.

            Sudah tak terhitung perempuan yang telah kunikmati, semuanya masih perawan dan inilah suatu kebanggaan menjadi raja di dunia Timur. Ambisiku yang besar untuk menaklukkan dunia lain kuimbangi dengan gairah cinta yang menggelora. Tak puas aku menikmati setiap lekukan tubuh para perempuan itu, aku kadang melakukan lelucon kecil dengan menyiksa mereka hingga nafsuku memuncak. Gairah penaklukan wilayah kuluapkan melalui penguasaan perempuan. Setidaknya ini mengurangi kegilaanku akibat keterpurukanku akhir-akhir ini karena beberapa wilayah kerajaanku takluk di tangan musuh.

            Budak Persia itu selalu menunduk bila dihadapanku. Aku belum pernah menjamahnya selama tiga hari dia berada di istanaku. Kulitnya tidak gelap, tetapi kuning keemasaan layaknya gading gajah. Cerah dan membuat mataku terlena. Jarang sekali perempuan di hadapanku akan berlaku sopan dan anggun. Namun kali ini lain. Gadis itu memikat hatiku dengan olah tubuhnya yang biasa dan tak beringasan. Berahiku tak meletup-letup saat melihatnya. Dingin dan tak bersemangat, namun kadang bergejolak tak bisa ditahan. Semua bercampur menjadi satu. Apakah benar ucapan orang bahwa cinta akan tumbuh di saat diri dan jiwa telah kosong?

            Aku merasakan kekayaan dan kemegahan istana, beserta kenikmati surgawi dari percintaanku, sangatlah hampa dan sering kali menyiksaku. Sangat menekanku. Dan pancaran hati gadis itu benar-benar memikatku. Membuatku hangat dan kembali bersemangat untuk hidup. Tak sekadar ingin menikmati lenguhannya di malam buta, tapi juga merasai jiwa tulusnya yang kini kutangkap. Aku akan mendekatinya dengan hatiku yang secuil. Berharap cinta itu benar-benar nyata. Walaupun aku raja dan dia budak pemberian.

Tidak ada komentar