Header Ads

FPI Madu Rasa Cokelat Pahit

Ada yang mengganggu dalam pikiranku. Saat majalah Time mengumumkan 100 tokoh paling berpengaruh dunia pada 2008, sontak klaim-klaim bahwa ada 13 Muslim di dalamnya menyeruak. Beberapa orang merasa bangga mempunyai teman Muslim yang menjadi inspirasi orang lain di seluruh dunia. Sementara sebagian menganggap inilah kebangkitan Islam. Jika boleh berpendapat, saya merasa alangkah dangkalnya kita dalam berpikir.

            Entah apakah karena bangsa kita telah dididik menjadi manusia yang bangga pada keberhasilan orang lain, ataukah ini sebuah bentuk solidaritas antar sesama Muslim. Sepertinya Rindunesia menjadi negeri tempat dicetaknya manusia karbit yang bingung mencari pahlawannya.

            100 tokoh paling berpengaruh, 13 Muslim di dalamnya?

            Mari kita lebih dalam mengulasnya. Menurut saya, pemilihan tokoh-tokoh tersebut tidak memandang apakah agama si anu, bangsa si ane, atau warna kulit si aye. Sangat picik jika mengulasnya dari sudut seperti itu. Saya sepenuhnya yakin ketiga belas muslim dalam daftar Time adalah orang-orang yang berpikiran terbuka, humanis, dan mengedepankan prestasi tanpa menunjukkan jati dirinya sebagai muslim. Muslim adalah masalah hati, hanya Tuhan dan si tokoh yang berhak tahu. Selebihnya adalah prestasi yang didapat dengan jerih payah dan keringat darah. Jadi pengakuan segelintir rakyat Rindunesia bahwa Muslim telah berperan pada 2008 sepertinya harus dipikirkan kembali. Jangan sampai kita terjebak dan sebaiknya kita berpikir realistis. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan, tak hanya melulu memusingkan akidah. Tunjukkan kerja, jangan berkutat pada masalah keyakinan yang sebetulnya bermuara satu. Sudahlah berhenti berperang, alangkah indahnya prestasi yang independen. Tak terlalu bangga dengan prestasi orang, tapi kita harus mengejarnya.

12 komentar:

  1. Ya, sepertinya sesuatu yang sebenarnya terlalu jamak menjadi dibesar-besarkan dan alih-alih memotivasi malah hanya menjadi ajang diskusi, kehilangan esensi.

    "Alfa!!! Habiskan susumu dan segera tidur!!!"

    BalasHapus
  2. Hah, mana kutau!!!

    Seperti lagu Wungu.
    "Mana kutau kapan tiba ajalku......" Kau perlu sesekali mendengar lagu Rindunesia, jangan kesibukan nulis posting Madu dan Coklat Rasa Empedu melulu.

    BalasHapus
  3. Maaf bukannya aku ga nasionalis, cuma aku lebih suka produk luar. Secara aku tuh anak bangsa yang kebarat-baratan. Nyatanya sekarang di Australia barat.

    BalasHapus
  4. Hehehe..... Ada peuyeum dan batagorkah di Aussie Barat?

    BalasHapus
  5. Itu mah di Bandung atuhhh
    di sini adanya kanguru, opera sidney, dan aneka bule!

    BalasHapus
  6. Berkenankah Kang Guru menerima murid bebal seperti aku?

    BalasHapus
  7. tidak ... aku hanya menerima murid kaya!
    sekolah unggulan harus menyortir murid dari golongan, kekayaan, dan kerupawanan.
    Sila berkaca dulu
    hahahahaha uhuiiii

    BalasHapus
  8. loh sapa suruh jadi orang miskin?
    lebih enak jadi pejabat kaliiii hehehehe

    BalasHapus
  9. Miskin itu penyakit, tau.... Dan sepertinya kau telah memberikan penangkalnya: menjadi pejabat. Tak cobain deh.

    BalasHapus