Header Ads

"Singapore is My Next Country!" (Drama Ibu-ibu Keranjingan Belanja)

Sekelompok ibu pejabat Rindunesia tengah berbelanja di Singapura. Baju mereka warna-warni, menenteng tas mahal dengan hiasan seperti rantai anjing. Perhiasan tangan, leher, dan telinga memancar menyilaukan mata. Senyum manis menggemaskan juga mereka tampakkan. Sepatu jinjit beberapa inci tak lupa mereka kenakan. Inilah masa paling indah dalam hidup mereka. Menyusuri gang-gang perbelanjaan, mereka memilih-milih aneka camilan hidup.

            Masa reses Dewan Percakilan Rakyat penuh pesona tiada tara. Masing-masing anggota dewan bersama istri tercinta menikmati seminggu libur menetralkan hati dan pikiran. Kamar-kamar hotel harum semerbak telah dipesan beberapa bulan yang lalu. Sekretariat dewan sudah merencanakan matang perjalanan intelektual jauh sebelum mereka diangkat. Ketetapan hukum mengharuskan para anggota dewan terjaga kesehatan lahir dan batin. Sebuah kebiasaan dan ritual yang disepakati bangsa.

            Kumpulan lelaki berokok filter kadang cerutu juga tak kalah seru dari para ibu. Mereka bermain kartu di salah satu kamar anggota dewan. Tak ada minuman keras, tak pula film biru yang dihidangkan. Aman-aman saja mereka bersendau gurau, tak ada gelagat mencurigakan. Mereka hanya menghilangkan penat. Menyalurkan hobi elit di negeri seberang. Kepercayaan mengurus uang sudah diserahkan sepenuhnya kepada para istri. Bapak-bapak hanya menitipkan sedikit keperluan dalam daftar belanjaan istri. Jam tangan khas Singapura, Pin tanda mata buat teman-teman kantor, dan aneka jajan pasar agar tak malu saat kembali ke tanah air.

            Para ibu terus berburu barang antik di belantara Singapura. Masih tersisa enam hari. Seratus empat puluh empat jam menuju ibukota Batavia. Bersiap membawa kenang-kenangan terindah dan cerita spektakuler kepada mereka yang bersedia mendengarkan. Memberikan angan-angan dan mimpi-mimpi agar para kolega menyusul mereka berlibur ke negeri lain.

            “Singapore, you’re my next country!” teriak para ibu bersamaan.

3 komentar: