Header Ads

Di manakah Koperasi kita? (Bung Hatta Merana)

Jika Bung Hatta membaca tulisan ini, pasti beliau menangis darah. Melihat perilaku bangsa ini yang sudah di luar jalur pemikiran yang pernah beliau sampaikan. Segala perilaku kita telah melenceng jauh dan melukai hati pendiri bangsa. Pahlawan Koperasi, masihkah pantas kita sematkan ke jasad Bung Hatta?

            Aku masih teringat dengan pelajaran di SD yang menerangkan kata “koperasi”. Terus kuhapalkan berulang-ulang, sampai tingkat SMA bahkan perguruan tinggi. Standar dan tak pernah kupraktikkan. Aku hanya tahu bahwa koperasi adalah warung kecil yang menjual permen dan tentu alat-alat tulis. Mungkin sekarang berkembang menjadi warung sekolah ditambah menjual pulsa telepon. Hanya meraba-raba dan belum tentu kebenarannya.

            Koperasi sudah menjadi kata mati yang tak indah di mata bangsa ini. Di saat tingkat konsumerisasi menggurita di tubuh bangsa ini, koperasi telah wafat menjadi kenangan terburuk bangsa. Tak berdengung di hati masyarakat. Hilang musnah ditelan gegap gempita mal dan pusat perbelanjaan yang ditata sungguh menarik. Bung Hatta di dalam kubur merana dan tak mampu lagi mengirimkan surat-suratnya kepada anak bangsa. Tinta pena sejarahnya telah mengering sehingga semangat kepeduliaan antar sesama raib pula.

            Mungkin sudah takdirnya sebuah pemikiran cemerlang hilang bersama jasadnya yang mati. Bangsa ini seakan menjadi kuburan bagi mereka yang berpikiran maju dan mendobrak. Karena tembok kebebalan masih saja tinggi dan sulit ditembus. Selamat jalan Koperasi. Aku akan mengenangmu sebagai warung yang pernah singgah di hatiku. Selebihnya jajaran mal menunggu uluran tanganku.

 

Selamat Hari Koperasi.

Selamat kepada Menteri Perdagangan, Perindustrian, Ekonomi, dan Dalam Negeri.

Tidak ada komentar