Header Ads

Burma saja Menolak Demokrasi. Rindunesia?

Burma sahabatku. Negeri indah dengan sejuta patung Budha bertebaran di mana-mana. Berubah nama untuk memberihkan kesan misteri dalam dirinya. Namun tetap saja tak mampu melenyapkan prasangka kotor dari lawan-lawannya. Tuduhan tak ada alam demokrasi di sana, junta militer yang berkuasa selalu didengung-dengungkan pihak Barat. Burma, kuharap kau sabar dalam bertindak.

            Jangan kauubah dirimu menjadi orang lain. Kuharap begitu.

            Itu terserah tanganmu. Aku tak peduli jika pihak Barat memaksakan demokrasi menyelusup ke tulang-tulang anak bangsamu.

            Aku bukanlah pendukung Aung Sang Su Kyi. Dan aku juga bukan simpatisan para petinggi militer di sana. Tapi aku tahu jika negerimu sedang mencari. Mencoba menemukan sistem yang cocok bagi bangsamu. Kuyakin bukan demokrasi ala Amerika Serikat yang terbukti telah gagal diterapkan di negeri-negeri jajahannya.

            Negeriku telah mencoba berdemokrasi, tapi coba kau lihat, kami gagal. Maka wahai Burma temanku, jangan kau percaya dengan anggapan demokrasi adalah pilihan terampuh memakmurkan bangsamu. Belajarlah kepada kami tentang kegagalan ini. Kami seakan menjadi sapi kecil yang disusui oleh beruang. Pencernaan kami meronta karena susu itu bukan diperuntukkan kepada kami.

            Kami akan terus menjadi teman baikmu. Semoga surat ini sampai kepada bangsamu. Jadilah bangsa yang mampu menciptakan sistem sendiri tanpa terpengaruh besarnya bangsa lain. Itu lebih baik jika dibandingkan bangsa kami yang kehilangan jati diri. Sempoyongan mempraktikkan demokrasi semu. Demokrasi yang buta akan hak-hak kaum miskin. Demokrasi karbitan yang hanya menunjukkan sekencang apa wakil rakyat berkicau. Demokrasi menuju kematian bagi sebuah bangsa besar, sebesar RINDUNESIA.

           

34 komentar:

  1. Nah loh, kupikir demokrasi yang kita agung-agungkan itu murni merupakan manifestasi nilai-nilai luhur bangsa kita? Ternyata bukan yah? Gawat, pada siapa lagi aku harus percaya jika asas bangsaku sendiri pun telah mengkhianatiku?

    BalasHapus
  2. Gotong royong
    Pancasila
    Musyawarah untuk Mufakat ( .... kalau ini aku masih sanksi)
    Terserah deh, asal berasal dari diri sendiri akan lebih nikmat. Bukan adopsi!
    Aku percaya itu. N aku juga ga maksa kamu mempercayai pendapatku.
    Yang pasti kita harus percaya bahwa Rindunesia adalah negeri besar yang mengecil. Entah kapan masa gemilang itu kembali? Hanya kita yang tahu.

    Sekian laporan cuaca. Selamat malam

    BalasHapus
  3. Oh, betapa aku terkulai dalam lelap membaca laporanmu, Prajurit.
    Ambil posisi push-up!!!

    BalasHapus
  4. Wuu dasar!
    Ketahuan kalau kamu kuliah itu NGOROK!

    BalasHapus
  5. Sama lah dgn aku. Kita kan anak ibu pertiwi.Sama tabiat.Pemalas kabeh. Aku pengin insyaf

    BalasHapus

  6. Aku juga pengen tobat. Tapi kok tangan dan mataku melarang ya?

    BalasHapus
  7. Jangan liat film Arifin C Noer, yg g30s. Ada cungkil2an mata. Serem. Plis kamu jgn nntn. Ntr jd inpitrasi

    BalasHapus

  8. Halah. Paling-paling aku eksperimen dengan matamu. Gpp dong? Kan kata orang; no pain no gain. Kau ingin matamu kudonorkan buat siapa?

    BalasHapus
  9. Buat idolaku, Gus Dur.
    Tapi aku belum siap je.
    Ntar aku dikepruk ama Garda Bangsa. Peace.
    Tapi aku lebih takut ama FPI. Dicungkil tenan aku ama mereka. Peace.

    BalasHapus

  10. Si Gus mana mau matamu, mata lokal. Dia maunya mata made in Israel.... Ah biarlah, akan kuukir Bintang David di bola matamu, pasti Si Gus senang.

    BalasHapus
  11. Buset. Kamu ngatain dia mata2 Israel?
    Udah ganti topik. Ni dah rawan dijeblosin penjara
    nuwun sewu mbah gus
    ga ada data gus agen israel yooo

    BalasHapus

  12. Ih, aku dituduh subversif.
    Yang Mulia Pimpinan Majlis, sudilah kiranya hamba menyampaikan kebenaran terhadap kasus hamba ini.... Hamba hanyalah orang suruhan, yang menyuruh hamba menabur bubuk arang di dalam kopi Adipati adalah Idhandy, Yang Mulia.

    BalasHapus
  13. Oke. Ajep ajep dung.
    Bicarain teknologi saja.
    Mesin Penghilang Racun pada Jengkol.
    I luv jengkol euy

    BalasHapus

  14. Idhandy!!! Idhandyyyyyyyy....
    Kamu tuh dah ngantuk ya, apa iya gak ngeh kalo komenku ga kreatib.

    BalasHapus
  15. Kadang yg ga kreatif adalah kreatif

    BalasHapus

  16. O iya ya.... Bima.
    Ah kau ngledek. Mana pula Bima tuh anteng namun potensial.... Sebenernya kau mau bilang aku tuh orangnya frontal dan temperamental seperti Bima, ya kan??? Tidak sopan!!! Rasakan Kuku Pancanaka, eh, jempol nyempilku ini!!! Ki Dalang, mana sound effect-nya?

    BalasHapus
  17. Sapa bilang werkudara pethakilan?
    Bicaranya aja tertata ko. Kalo harga dirinya diinjak, baru dia galak.
    Apa kamu mau tak kasih tokoh sengkuni?

    BalasHapus

  18. Sengkuni itu siapa? Semacam Togog?
    Amit-amit Ndhy, sampai kapan aku kau lecehkan?
    Isak, tangis, tralala trilili....

    BalasHapus
  19. Sengkuni itu baik. Baik dari sisi kurawa. Ah udah ah. Penting u is u

    BalasHapus

  20. Witing tresna jalaran saka kulina.
    Rawe-rawe rantas malang-malang puntung.
    Sepi ing gawe rame ing pamrih.
    Gemah ripah loh jinawi.
    Mene ketehe??? So wat gitu loh.
    Tralala trilili, aku bukan boneka.
    Dirgahayu Negeriku.
    Crot.

    BalasHapus
  21. Ada yang kurang benar.
    Sepi ing pamrih, rame ing gawe.
    Mas Dono emang top!

    BalasHapus

  22. Lha? Kan budaya bangsa ini sepi ing gawe rame sing pamrih? Kau pikir aku ga paham artinya? Oya, itu bukan kudapat dari Mas Dono. Kubaca dari halaman belakang KBBI. Ngertos, Nduk?

    BalasHapus
  23. O bener juga. Bongkows!
    Itu Kbbi ap Kbbj?

    BalasHapus

  24. Mana kutau, labelnya sih KBBI. Tapi barangkali saja penyusunnya orang-orang sepertimu.

    BalasHapus
  25. Ancur bahasa kita Bah.
    Anak-anak, muka pak guru kaya apa?
    Kaya arca
    Kurang, Anak anak. Kaya apa?
    Kaya Hemoroid

    KBBI membuat cerdas anak bangsa

    BalasHapus

  26. Terima kasih bangsa ini untukmu, Sobat.

    BalasHapus
  27. Jangan melo gitu deh. Aku jadi serba salah.

    BalasHapus