Bimbang Hatiku seperti Bimbang Negeriku
Aku terjebak di dalam ruangan gelap. Tak ada setitik cahaya pun yang menyelinap. Mataku menjelajah dinding-dinding dingin. Tanganku mencari-cari akankah ada sesuatu yang dapat kumakan. Sudah dua hari aku di dalam ruangan terkutuk ini. Kerongkonganku hanya bisa menelan ludah yang tak terasa asin lagi. Dinding-dinding ususku pun mulai saling bergesakan karena tak ada sari pati makanan yang bisa dicerna. Urat-urat leherku pun kelu, aliran darah tertahan hingga tak mampu menuju otak. Mataku berkunang-kunang dan hanya kematian yang serasa dekat denganku.
Siapapun yang pertama mengenali tanda-tanda kematianku, melepaskan diriku dari derita ini, akan kujadikan ia sebagai teman hidupku selamanya. Kuberharap ia telah dekat dan berada di balik pintu di luar sana. Mengulurkan tangannya, memutar pegangan pintu, dan menyuguhkan sekumpulan cahaya ke wajahku. Hingga aku menjadi bergairah kembali untuk hidup. Menuntunku mengenali kembali kehidupan yang saat ini terasa muram. Siapapun yang berada di balik pintu, ulurkanlah tangan kalian kepadaku. Kumohon keluarkanlah aku dari mimpi kematian. Kembalikan aku ke dalam cahaya.
Post a Comment