Tarian Burung Bangkai
Sekumpulan burung bangkai terus mengintai sekelompok manusia yang tengah sekarat. Tatapan mata burung itu lantang menantang keraguan hidup manusia yang sebentar lagi mati. Lalat-lalat pun telah memulai pesta poranya dengan mengisap borok-borok pada kaki manusia tak berdaya. Lelaki, perempuan, tua, muda, ataupun anak-anak terkapar karena tak pernah makan dan minum. Hanya tinggal menunggu waktu saja, dan kehidupan mereka akan disempurnakan oleh burung-burung bangkai.
Di ujung kota lain, ada sekumpulan orang yang sedang berpesta pora. Menyesap minuman bersoda, membakar kalkun, atau bahkan menikmati panorama pantai yang memikat. Suasana hati mereka benar-benar berbeda dan penuh dengan keceriaan. Melepas penat setelah seminggu berkutat dengan pekerjaan, mereka memanjatkan puja dan puji kepada Sang Khalik.
Tak jauh dari kumpulan penuh keceriaan itu, di sebuah bandar udara, tampak beberapa orang berkumpul. Mereka berpakaian putih, berpeci ataupun berkerudung. Mata mereka memancarkan keharuan yang bercampur kebahagiaan. Kalimat-kalimat Tuhan meluncur lepas dari mulut mereka. “Allahu Akbar.” Sesekali juga terdengar ucapan harapan berbalut doa suci. “InsyaAllah”, “SubhanaAllah”. Salah seorang terlihat seperti pusat dari pertemuan itu. Oh, ternyata satu orang itu akan berangkat umrah ke tanah suci Makkah. Berkeinginan menyucikan hati, dia pun meninggalkan tanah air untuk melepaskan beban sehari-hari. Berusaha mendekat kepada Tuhan. Sekaligus bertamasya ruhani.
Pesawat pun tinggal landas menyayap ke angkasa. Meninggalkan sekumpulan orang sekarat yang sebentar lagi dimakan oleh burung-burung bangkai. Atau barangkali sekumpulan orang yang berkumpul di taman tadi sedang membakar daging burung-burung bangkai. Bukankah ini berarti manusia memakan dagingnya sendiri melalui perantara burung bangkai. Hanya Tuhan yang tahu.
Post a Comment