Header Ads

Insomnia: Karena Pekerjaan atau Cinta?

Malam makin larut. Mataku masih belum bisa terpejam barang sedikit pun. Masih terbebani oleh tumpukan pekerjaan yang teronggok di meja belajarku. Warna bohlam penerang belajar pun terlihat samar, entah karena masa berlakunya atau pikiranku yang kalut, suasana malam ini sungguh tak nyaman.

Aku mencoba mengelilingi kamarku, mencoba menghilangkan kekalutan hingga pikiranku segar kembali dan bisa kembali bekerja. Tapi pikiranku kacau tak tentu arah. Aku jemu dengan rutinitas ini yang serasa menyekikku hingga membuat aku kehabisan napas. Aku kembali regangkan otot-ototku dengan memelintirkan badanku ke sisi sana dan sini. Berharap aliran darah kembali berjalan normal setelah sekian lamanya duduk dan memelototi huruf-huruf nan menjemukan. Memang agak sedikit terkurangi rasa pegalku, tapi berkali-kali tumpukan kertas bernama pekerjaan itu menghantuiku. Sampai selarut ini aku masih bekerja, di saat orang lain tidur dengan dengkur membuai mereka. Aku merasa iri dengan kehidupan normal seperti orang pada umumnya. Aku menginginkan pulang kerja pada sore hari, bercanda tawa di teras dengan keluarga kecilku sembari minum teh panas. Sungguh khayalan dan keluhan ini membuatku kembali tertekan oleh suasana. Terhimpit oleh kebosanan. Apakah aku menderita insomnia? Atau aku bisa digolongkan penggila kerja?

 

 

Tidak ada komentar