Header Ads

Tarian Cinta Koruptor Tampan

Seorang koruptor sedang berjingkat-jingkat. Berlari kecil menuju kamar mandi. Tubuh tambunnya hanya berlapis handuk yang dilingkarkan di setengah tubuh bagian bawah. Sambil bersiul, dia menikmati pagi cerah ini. Sebentar lagi dia akan mengikuti rapat paripurna di Batavia.

            Dia menenteng keranjang kecil berisi aneka perlengkapan mandi; sabun mandi asli Italia, sampo buatan Prancis, pasta gigi diimpor langsung dari Amerika Serikat, pasta gigi dari Inggris. Mendekati pintu kamar mandi, dia melambatkan langkahnya. Dia menengok kanan kiri, sepertinya gerakan ini amat lihat dan sering dilakukkannya, berharap orang tak mengintipnya saat mandi. Terus terang dia mendewa-dewakan arti privacy. Ya, dia sering sekali mengucapkan kata itu di depan kamera televisi.

            “Maaf Saudara wartawan, masalah itu sangat privacy. Jadi tolong hargai saya!”

            Seolah dengan mengucapkan kata andalan itu, harkat martabatnya menjulang. Setaraf dengan martabat negeri asing.

            Dia pun memasuki kamar mandi.

            Sial ....

            “Siapa yang berak nggak diguyur .... Kubunuh dia!”    

            Itu belum seberapa, Pak Koruptor. Anda belum melihat rumah susun atau rumah di bantaran sungai. Dijamin Anda akan mati berdiri saat melihatnya. Hanya melihat WC yang tak diguyur saja sudah berteriak seperti itu. Apa mau insiden ini dilaporkan ke pos polisi terdekat? Atau diberitakan di berita aktual selebritis? Tapi akibatnya fatal jika Anda dikenal orang banyak. Para anggota Komisi Pemberantasan Korupsi Rindunesia baru saja dijamu telor ayam kampung dicampur madu. Bisa-bisa Anda menjadi sasaran tembak mereka. Karena Anda telah mencoba membuat sensasi. Maukah harta Anda dikorek habis-habisan?

            “Maaf Tuan, saya lupa ngguyur ....” jawab pembantunya dari kejauhan, suaranya gemetar hebat.

            “Setan .... Awas kau! Potong gaji 50 persen. Dasar tengik! Orang Kampung!”

            Aku yakin bukan hanya umpatan dan potong gaji saja yang dialami si pembantu. Pasti ada adegan dramatis yang berdarah-darah diciptakan oleh juragan yang berprofesi sampingan sebagai koruptor. Pencakaran, dikurung di kamar mandi berhari-hari tanpa makan, wajah yang disetrika, badan yang disundut rokok kretek, juga aneka penghinaan khas binatang lainnya. Dunia tidak pernah memihak kaum lemah. Hanya mereka yang bertangan besilah yang menjadi juara di dunia ini. Kekuasaan tak terbatas, kepintaran tanpa kontrol, keringnya hati menjadi penyubur perlakuan bengis bak zaman perbudakan. Dan kita sedang memasuki lorong itu.

           

 

 

 

2 komentar:

  1. Aku mau menjadi penontonnya.
    Perlu dibangun macam opera Sydney buat gantung para koruptor!
    Hore ... ada teman buat nonton. Sebelahan ya, Ndah!

    BalasHapus