Aku (Bukan) Kakak Ideal
Adik kandung yang menyebalkan! Gerutuku dalam hati.
Aku merasa kali ini aku tak sanggup lagi menernak adikku. Bagaimana tidak? Diberi makan nasi sayur ala kadarnya, dia bilang tak enak. Dikasih makanan khas pedesaan, dia bilang ini makanan kambing. Pengin kuremas tuh anak?! Aku pengin mengadu ke ibu, biar dia dimasukkan ke perut lagi. Biar dia tidak bisa bernapas di dalamnya, berenang lagi di perut ibu, dan belajar prihatin.
Aku saja makan seadanya. Lah, dia pengin makan ala barat; burger, pizza, dan makanan sampah lainnya. Emosi aku dibuatnya.
"Sudah ga usah cerewet!"
"Aku ga suka makanan Padang, perutku sakit ntar. Aku ga suka masakan Sunda, banyak daun-daunan."
"Kalau cerewet sekali lagi, aku plester mulutmu!"
Benar-benar adik yang mengacu ke dunia barat. Makan gethuk saja tak mau. Mau jadi apa kau? Kita itu sedang prihatin, ingatlah ibu di rumah. Banting tulang, sampai kaki di kepala, kepala kadang juga di kaki. Kita mau enak saja!
Dasar, awas kalau ke Bandung rewel lagi ... aku paketin kamu ke rumah!
Aku merasa kali ini aku tak sanggup lagi menernak adikku. Bagaimana tidak? Diberi makan nasi sayur ala kadarnya, dia bilang tak enak. Dikasih makanan khas pedesaan, dia bilang ini makanan kambing. Pengin kuremas tuh anak?! Aku pengin mengadu ke ibu, biar dia dimasukkan ke perut lagi. Biar dia tidak bisa bernapas di dalamnya, berenang lagi di perut ibu, dan belajar prihatin.
Aku saja makan seadanya. Lah, dia pengin makan ala barat; burger, pizza, dan makanan sampah lainnya. Emosi aku dibuatnya.
"Sudah ga usah cerewet!"
"Aku ga suka makanan Padang, perutku sakit ntar. Aku ga suka masakan Sunda, banyak daun-daunan."
"Kalau cerewet sekali lagi, aku plester mulutmu!"
Benar-benar adik yang mengacu ke dunia barat. Makan gethuk saja tak mau. Mau jadi apa kau? Kita itu sedang prihatin, ingatlah ibu di rumah. Banting tulang, sampai kaki di kepala, kepala kadang juga di kaki. Kita mau enak saja!
Dasar, awas kalau ke Bandung rewel lagi ... aku paketin kamu ke rumah!
Post a Comment