BALAKECRAKAN TASIK
Entah kenapa saya lebih nyaman berkuliner ria di tempat makan yang berkonsep tempo doeloe. Kalau restoran cepat saji semacam KFC atau Hoka Hoka Bento, saya menganggap mereka tak spesial. Standar karena citarasanya yang tak menancap di lidah dan perut.
Bagaimana dengan makan di kafe? Sama juga, saya tak menyukainya dengan alasan banyak anak gaul yang nongkrong di situ. Kesannya malah remeh temeh. Nah, warung makan tradisionallah yang memikat hati saya. Apapun yang berbau merakyat, saya buru meski blusukan karena sensasinya merasuk sanubari.
Tasikmalaya punya warung sangu Balakecrakan di jalan Cipedes II no. 32, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. Kalau belum tahu, sangu bahasa Sunda yang berarti nasi. Pun di Jawa, sangu bermakna uang saku atau bekal. Ada keterkaitan kan?
Pesona Balakecrakan langsung memikat saya dengan bangunan sederhananya dari bambu. Sejak menstandarkan motor di tempat parkir, hati saya bertanya tanya menu apa yang warung khas Tasik ini tawarkan. Pas masuk, terhamparlah banyak masakan yang diwadahi tampah dan baskom masa lalu. Potret sana sini, saya musti mengabadikannya terlebih dahulu sebelum memyosornya.
Saya memang penggemar masakan Sunda yang orisinal dalam rasa dan penampilan. Spesialnya menu Priangan karena bahan dasarnya tak jauh dari pekarangan. Pokoknya, wenak tenan!
Coba kita amati para pengunjung Balakecrakan! Mereka biasanya berkelompok atau ngariyung sambil menikmati menu yang telah mereka pilih. Duduk di lincak dengan ornamen ruangan yang berhias karikatur sunda, peralatan dapur zaman baheula, nikmatnya masakan semakin lengkap.
Paling khas di warung sunda, minumannya teh panas tawar. Orang sunda tak terbiasa minum manis seperti wong Jawa. Ada bagusnya sih karena mengurangi risiko terkena diabetes. Tapi kalau makan nasinya segunung bukannya sama saja?
Bagaimana dengan makan di kafe? Sama juga, saya tak menyukainya dengan alasan banyak anak gaul yang nongkrong di situ. Kesannya malah remeh temeh. Nah, warung makan tradisionallah yang memikat hati saya. Apapun yang berbau merakyat, saya buru meski blusukan karena sensasinya merasuk sanubari.
***
Tasikmalaya punya warung sangu Balakecrakan di jalan Cipedes II no. 32, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya. Kalau belum tahu, sangu bahasa Sunda yang berarti nasi. Pun di Jawa, sangu bermakna uang saku atau bekal. Ada keterkaitan kan?
Pesona Balakecrakan langsung memikat saya dengan bangunan sederhananya dari bambu. Sejak menstandarkan motor di tempat parkir, hati saya bertanya tanya menu apa yang warung khas Tasik ini tawarkan. Pas masuk, terhamparlah banyak masakan yang diwadahi tampah dan baskom masa lalu. Potret sana sini, saya musti mengabadikannya terlebih dahulu sebelum memyosornya.
Saya memang penggemar masakan Sunda yang orisinal dalam rasa dan penampilan. Spesialnya menu Priangan karena bahan dasarnya tak jauh dari pekarangan. Pokoknya, wenak tenan!
Paling khas di warung sunda, minumannya teh panas tawar. Orang sunda tak terbiasa minum manis seperti wong Jawa. Ada bagusnya sih karena mengurangi risiko terkena diabetes. Tapi kalau makan nasinya segunung bukannya sama saja?
***
Tak puas menjelajahi Balakecrakan, saya menuju ruang belakang yang kata teman saya ada spot makan unik. Benar juga, tempat bercengkerama sambil melahap makanannya elok. Biasanya kalau warung makan menyembunyikan bagian belakangnya, tidak di sini. Tempatnya bersih, ada permainan untuk anak anak, dan nuansa kampungnya menonjol. Asyik betul!
Nah, waktunya makan! Teman saya mengambil ayam goreng, bakwan jagung, dan sambal goreng. Terhitung 12.500 rupiah. Saya, urap dan dua gorengan, 7.500 rupiah. Rasanya enak pisan. Sederhanalah yang saya cari. Balakecrakan memberikannya seratus persen.
Selamat makan, semuanya ....
terimakasih info nya, kunjungi http://bit.ly/2Cyl3pR
BalasHapus