Laboratorium tak ubahnya sebuah arena bermain mahasiswa yang melejitkan ide ide cemerlang. Di situlah tempat berkreasi setelah mengamati fenomena di luar kampus, membuktikan teori yang dosen berikan di kelas, dan menerawang apa saja yang mungkit terjadi di masa depan. Imajinasi mahasiswa akan tumbuh menjulang di ruangan bernama laboratorium.
Paling tak bisa kalau saya melihat segala sesuatu jorok. Inginnya tangan saya bergerak untuk sekadar menyapu, menata, mengepel, atau apa saja yang berujung rapih dan bersih. Hati saya selalu berkata, 'Biarkan dirimu memulai, tak usah pikir macam macam, untung rugi jangan kau hitung, bersihkan cepat, maka orang orang di sekelilingmu ikut serta.'
Saya tak sedang menyalahkan si ini dan itu, tetapi kisah ini sekadar reviu jika mempunyai aset berharga namun tak pernah kita merawatnya akan sia sia. Laboratorium yang penuh alat alat bernilai jutaan berserakan tak terurus. Sisa percobaan dari mahasiswa tak peka hati tentang pentingnya resik selama dan sesudah penelitian menggaduhkan lab. Semua lepas tangan, tak mau peduli, dan pergi meninggalkan tanggung jawab yang entah menerimanya.
Baiklah, itu tak patut dipersoalkan berlarut larut. Pun, tanpa berpikir panjang, saya menggerakkan mahasiswa untuk terjun membenahi lab. Saya bilang, rawatlah milik kita yang ada, esok kalau Alloh mempercayai kita dengan lebih wah akan siap diri kita.
***
Pancingan saya berhasil. Turun tangan saya, mahasiswa merasa tidak enak jika tidak ikut membersihkan lab. Saya pegang beberapa senior untuk memecut adik adik angkatannya, selama dua hari penuh membereskan lab yang sebenarnya sekarat. Kami menampar muka lab untuk bangkit dari kematian surinya.
Senang sekali ketika melihat lab kini sudah cerah dan punya nyawa lagi. Membagi energi kegembiraan saya pada mahasiswa rasanya membuat bangga sekaligus pengin terus menebar kebaikan. Sudah saatnya kita tak leha leha lagi dengan tak mengacuhkan keberadaan lab. Lab ialah rumah kecil kita. Dosen dan mahasiswa belajar di sini.
Post a Comment