SOTO AYAM EMUH TASIK
Biasanya, soto ayam akan ramai dengan uba rampe. Irisan kol berjejal di mangkok, ayam suwir yang cuma seiprit, potongan tomat yang warna merahnya mencolok mata, kadang ada taoge yang masuk ke sela gigi. Di Tasik, saya menemukan soto ayam yang cuma kuah dan cacahan daging ayam. Saya belum sempat menanyai amang penjualnya apakah ayamnya kampung atau negeri. Soalnya, si penjualnya sibuk mencacah ayam, takut goloknya mampir leher saya.
Mau tahu harganya? Sembilan belas ribu rupiah. Mau penyajiannya terpisah antara nasi dan soto atau gabung sama harganya. Lebih baik pilih yang terpisah karena perut akan kenyang. Mending sedari rumah sudah tidak makan siang karena waktu malam makan soto ayam Emuh akan terasa cocoknya baik rasa dan porsinya. Wareg.
Awal mula mencicipi soto ayam Emuh waktu saya jalan jalan ke masjid agung Tasik. Motor saya titipkan di parkir, saya jalan kaki di jalan Yudanegara di sekitaran masjid. Ada warung tenda yang ramai di antara kanan kiri resto besar. Penasaran jelas dong. Saya masuk dan melihat para pembeli asyik menyeruput kuah soto. Pesan satu mangkok dan teman saya dua karena perutnya laksana waduk.
Paling suka di sini ialah kroket selain soto menu andalannya. Kroketnya isi sayur yang nyus di lidah. Kalau tak bisa menahan berahi kuliner, bisa bisa sepuluh masuk mulut lalu perut. Tapi harganya seribuan jadi santai saja. Tak usah beli teh manis karena pemilik warung memberi air teh tawar gratis. Di Sunda, orang jarang minum bergula. Mungkin karena takut diabetes.
Setelah soto tandas, saya keceplosan bilang 'emuh, emuh, emuh'. Seketika teman saya memberi kode agar saya tenang. 'Emuh itu sapi. Ini warung soto ayam, Dan!' bisik teman saya. Takut kalau dikira tak konsisten kalo, ya?
Post a Comment