Carnival de Rio Grande
Ko pilot berkata lewat corong pengumuman pesawat jika Rio sudah dekat. Aku terbangun dari tidurku di bangku, menatap empat atau enam pramugari sibuk memeriksa kesiapan mendarat para penumpang. Kudongakkan kepala meme
riksa bagasi, tapi masih terkunci.
Harapanku tak ada pencuri di pesawat ini yang mengambil tasku saat aku
terlelap. Aku masih percaya jika maskapai ini andal memberi kenyamanan,
keselamatan, dan keamanan bagi kami penumpangnya.
'Para penumpang, senyumlah!' kembali ko pilot berkata.
Dan, pesawat kencang menderu. Perubahan ketinggian mendadak membikin perutku bergolak. Aku rusuh mengomat ngamitkan doa agar Tuhan menyertaiku dalam pendaratanku di Rio ini. Kali pertama aku ke Brazil.
BRUK!
'Kita telah selamat mendarat. Senyum lagi dong!' Corong menyemburkan kata. 'Rio menyambut Anda. Nikmati perjalanan Anda selanjutnya.'
Para penumpang bangkit berebut mengambil barang termasuk aku yang cepat beraksi dan memeriksa sayur semur jengkolku tak tumpah dari rantang. Aman!
Di tangga turun, kuhirup udara rio dengan gagah. Kurentangkan tangan dan berteriak 'Rio, aku ini! Danie. Masa nggak kenal?'
Cepat cepat kuturun dan kucium tanah Rio.
'Bajingan! Ngapain kau, Dan!' teriak Rio temanku. 'Orang gila ....'
Ternyata kaki Rio yang kucium saat aku tidur. Kami dalam perjalanan ke Bromo naik bus bersama rombongan,
'Kau ngigau Brazil Brazil. Nggak penting! Negerimu belum kau kenali sudah mau ke luar?! Tidak bijak, Dan.'
Rio berkata pedas. Aku tertunduk.
_____________
'Para penumpang, senyumlah!' kembali ko pilot berkata.
Dan, pesawat kencang menderu. Perubahan ketinggian mendadak membikin perutku bergolak. Aku rusuh mengomat ngamitkan doa agar Tuhan menyertaiku dalam pendaratanku di Rio ini. Kali pertama aku ke Brazil.
BRUK!
'Kita telah selamat mendarat. Senyum lagi dong!' Corong menyemburkan kata. 'Rio menyambut Anda. Nikmati perjalanan Anda selanjutnya.'
Para penumpang bangkit berebut mengambil barang termasuk aku yang cepat beraksi dan memeriksa sayur semur jengkolku tak tumpah dari rantang. Aman!
Di tangga turun, kuhirup udara rio dengan gagah. Kurentangkan tangan dan berteriak 'Rio, aku ini! Danie. Masa nggak kenal?'
Cepat cepat kuturun dan kucium tanah Rio.
'Bajingan! Ngapain kau, Dan!' teriak Rio temanku. 'Orang gila ....'
Ternyata kaki Rio yang kucium saat aku tidur. Kami dalam perjalanan ke Bromo naik bus bersama rombongan,
'Kau ngigau Brazil Brazil. Nggak penting! Negerimu belum kau kenali sudah mau ke luar?! Tidak bijak, Dan.'
Rio berkata pedas. Aku tertunduk.
_____________
Sumber gambar: brazilbookers.com
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com
Post a Comment