A Warm Conversation of Pet Lovers
Tepat pukul sepuluh malam ini, kami para pecinta binatang berkumpul di sebuah resto kecil bermenu enak berharga bersahabat. John, Sri, Ahmed, Stephanie, dan aku. Kami berbeda kebangsaan namun merasa dalam satu ikatan: kebinatangan.
* John: bule Amerika Serikat. Dari namanya jelas ia lelaki. Katholik. Piaraan, kucing.
* Sri : Perempuan India totok beragama Sikh.Menyukai sapi.
* Ahmed : Ia mengaku berdarah campuran Turki, Suriah, dan sedikit
Israel. Tak mau ia menyebut aganya beralasan adalah keyakinan tak harus
dipamerkan. Pecinta anjing.
*Stephanie : Waria asal Cina Taipei. Ateis. Teman bermainnya gorila juga buaya.
Aku sendiri Jawa yang tak memiliki binatang piaraan tapi mengoleksi berlembar lembar foto insekta alias serangga. Islam Kejawen diriku.
Kami mengobrol asyik bertukar cerita unik tentang hewan kami selama sebulan. Ya, sekali dalam sebulan kami beragenda tetap di resto ini.
John berkisah, 'Kucingku kemarin nubruk dua nenek yang menggosip di taman, mencakar cakar mereka, dan membawa kabur tas mereka. Aku sampai harus disidang. Untung nenek nenek itu memaafkan aku dan ulah kucingku.'
Sri tak mau kalah. Ia menceritakan pernah ia ikut demonstrasi bareng komunitas Penolak Pembantaian Sapi. Waktu itu ia dikejar kejar polisi dan diinterogasi selama lima jam. Sri kapok ikut acara seperti itu dan berubah pikiran lebih moderat perihal sapi. Masing masing tempat punya budaya, terang Sri.
Ahmed yang paling tragis. Ia tampak sedih saat teringat Bimbo anjing kesayangannya mati kesetrum saat Ahmed mandi. Kami menenangkan dirinya.
Stephanie heboh. Gayanya yang ringan dan renyah menuturkan pengalamannya:
'Gorilaku yang baru laki laki berumur lima puluh. Janggutnya lebat, dan pemarah. Kalau buaya lebih muda.'
Ia tertawa lepas membuat kami bertanya seperti apa gorila dan buaya itu. 'Mereka manusia sama kaya kita.'
Giliranku, serangga. Kuceritakan jika ayahkulah yang menulari kegemarannya mencermati kehidupan serangga.
'Mereka punya banyak jenis. Paling banyak di antara semua binatang. Hidup mereka dinamis meski usia mereka sangat pendek. Tapi itu menarik. Seolah mereka mengatakan "Sepintas di Bumi, maka berartilah."' kata ayahku dulu padaku yang kusampaikan ke empat temanku.
Kami pun minum teh bersama. Di luar, hujan turun deras. Persahabatan kami memberi hangat yang lebih.
*Stephanie : Waria asal Cina Taipei. Ateis. Teman bermainnya gorila juga buaya.
Aku sendiri Jawa yang tak memiliki binatang piaraan tapi mengoleksi berlembar lembar foto insekta alias serangga. Islam Kejawen diriku.
Kami mengobrol asyik bertukar cerita unik tentang hewan kami selama sebulan. Ya, sekali dalam sebulan kami beragenda tetap di resto ini.
John berkisah, 'Kucingku kemarin nubruk dua nenek yang menggosip di taman, mencakar cakar mereka, dan membawa kabur tas mereka. Aku sampai harus disidang. Untung nenek nenek itu memaafkan aku dan ulah kucingku.'
Sri tak mau kalah. Ia menceritakan pernah ia ikut demonstrasi bareng komunitas Penolak Pembantaian Sapi. Waktu itu ia dikejar kejar polisi dan diinterogasi selama lima jam. Sri kapok ikut acara seperti itu dan berubah pikiran lebih moderat perihal sapi. Masing masing tempat punya budaya, terang Sri.
Ahmed yang paling tragis. Ia tampak sedih saat teringat Bimbo anjing kesayangannya mati kesetrum saat Ahmed mandi. Kami menenangkan dirinya.
Stephanie heboh. Gayanya yang ringan dan renyah menuturkan pengalamannya:
'Gorilaku yang baru laki laki berumur lima puluh. Janggutnya lebat, dan pemarah. Kalau buaya lebih muda.'
Ia tertawa lepas membuat kami bertanya seperti apa gorila dan buaya itu. 'Mereka manusia sama kaya kita.'
Giliranku, serangga. Kuceritakan jika ayahkulah yang menulari kegemarannya mencermati kehidupan serangga.
'Mereka punya banyak jenis. Paling banyak di antara semua binatang. Hidup mereka dinamis meski usia mereka sangat pendek. Tapi itu menarik. Seolah mereka mengatakan "Sepintas di Bumi, maka berartilah."' kata ayahku dulu padaku yang kusampaikan ke empat temanku.
Kami pun minum teh bersama. Di luar, hujan turun deras. Persahabatan kami memberi hangat yang lebih.
------
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie. blogspot.com
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie. blogspot.com
Sumber gambar: syracuse.com
Post a Comment