Suranto Insinyur Penyedot Debu Keliling
Seorang lelaki bersenjata alat penyedot debu. Ia bukan penangkap hantu juga pemberantas mafia jalanan. Apa yang ia lakukan tak memasang target dapat bayaran berapa. Jika ada yang memberi ia terima tak kasih tak bikin Ranto kalap marah mencak mencak. Ada apa dengan lelaki ini?
Ranto. Ir. Suranto ia punya nama bergelar insinyur tamatan universitas tak termah
syur
di negeri ini. Jelas sudah orangtuanya berharap Ranto mendapat uang di
luar tanah kelahirannya. Merantau ke kota besar dari desa terpencil
sulit air.
'Nang, keruk uang sebanyak banyaknya!' pesan sang ibu.
'Jangan lupa, kalau ada janda kaya, embat saja, Nang!' Ayah Ranto berkata saat melepas anaknya merantau.
Berbekal ijazah dan uang dua ratus ribu. Alamak, bisa dibayangkan, Ranto ngesot sana sini. Tidur bak kutu loncat pindah dari masjid ke langgar ke emper gereja, dan seterusnya selanjutnya.
Waktu mengajukan lamaran langsung ke manajer SDM macam macam perusahaan, Ranto selalu mendapat penolakan.
'Lulusan universitas apa ini?!' bentak manajer PT. Angin Ribut produsen cawat kualitas ekspor.
'Shiomu apa?' tanya manajer CV. Bumi Satu penyedia jasa pembikinan STNK. Ranto menjawab ia bershio monyet. Dijawab sang manajer, 'Tidak cocok dengan misi perusahaan. Anda tidak bawa hoki.'
Ranto mulai kehilangan akal. Kalimat 'Ibu kota sangat kejam' ia anggap benar sekarang. Pengin ia melarung ijazahnya ke Kali penuh sampah yang membelah kota. Urung.
"Masa depanku suram nanti!" batin Ranto.
Uang tinggal seratus ribu di tangan. Ranto mulai gelisah. Akalnya umup mendidih mencari jalan ke luar. Berjalanlah ia setengah hati dan berhenti di para penjual barang bekas.
'Eureka!' Ranto berseru melihat alat penyedot debu. Ia punya ide menawarkan jasanya berkeliling kota. Tak apalah asal halal, batin Ranto. Setelah menawar, alat dibeli dengan harga lima puluh ribu. Dan masih berfungsi bagus. Ada uang makan tersisa yang aman buat dua hari.
'Bismillah. Niatku baik, hasilpun akan lebih baik!'
Ir. Suranto meluncur beraksi luar biasa.
'Nang, keruk uang sebanyak banyaknya!' pesan sang ibu.
'Jangan lupa, kalau ada janda kaya, embat saja, Nang!' Ayah Ranto berkata saat melepas anaknya merantau.
Berbekal ijazah dan uang dua ratus ribu. Alamak, bisa dibayangkan, Ranto ngesot sana sini. Tidur bak kutu loncat pindah dari masjid ke langgar ke emper gereja, dan seterusnya selanjutnya.
Waktu mengajukan lamaran langsung ke manajer SDM macam macam perusahaan, Ranto selalu mendapat penolakan.
'Lulusan universitas apa ini?!' bentak manajer PT. Angin Ribut produsen cawat kualitas ekspor.
'Shiomu apa?' tanya manajer CV. Bumi Satu penyedia jasa pembikinan STNK. Ranto menjawab ia bershio monyet. Dijawab sang manajer, 'Tidak cocok dengan misi perusahaan. Anda tidak bawa hoki.'
Ranto mulai kehilangan akal. Kalimat 'Ibu kota sangat kejam' ia anggap benar sekarang. Pengin ia melarung ijazahnya ke Kali penuh sampah yang membelah kota. Urung.
"Masa depanku suram nanti!" batin Ranto.
Uang tinggal seratus ribu di tangan. Ranto mulai gelisah. Akalnya umup mendidih mencari jalan ke luar. Berjalanlah ia setengah hati dan berhenti di para penjual barang bekas.
'Eureka!' Ranto berseru melihat alat penyedot debu. Ia punya ide menawarkan jasanya berkeliling kota. Tak apalah asal halal, batin Ranto. Setelah menawar, alat dibeli dengan harga lima puluh ribu. Dan masih berfungsi bagus. Ada uang makan tersisa yang aman buat dua hari.
'Bismillah. Niatku baik, hasilpun akan lebih baik!'
Ir. Suranto meluncur beraksi luar biasa.
_____
Sumber gambar: life123.com
Sumber gambar: life123.com
Post a Comment