Katak Sang Pemanggil Hujan
Manusia berubah menjadi katak. Bukan berudu lagi. Di hujan lebat, ia menguak amat kencang. Bersama angin yang menggoyang goyang batang pohon, ia memuja Dewa Air. Berharap air terus mengguyur bumi. Agar para katak bebas berenang di kolam keruh sekalipun.
Penganut filosofi katak merenung. Mengulas, meneliti, apa yang dilakukan binatang katak di ruang kerjanya. Telur, cara hidup, bereproduksi, dan semua yang melekat pada katak dikaji mendalam. Biar tahu apa makna Tuhan mencipta katak di muka bumi. Otak dipacu, jidat mengerut hingga membuat mata menyipit, tak kencing pun dijalani seorang penganut filosofi katak.
Filosofi katak:
Meloncatlah dalam jangkauan. Sejauh mata memandang. Menembus cakrawala. Dan pujilah Tuhan saat hujan juga musim, dengan lengking kepuasan. Tapi merintih menyayat tatkala kering tak menetesi punggung para katak. Berdoa Tuhan menunjukkan jalan yang basah untuk dilalui.
Katak naik ke tempurung. Berkelakar kepada sekeliling. Untuk para nyamuk yang siap masuk ke mulut katak, atau serangga yang berpadu suara di malam gelap di tengah hutan. Kaki belakang katak membuat tolakan, meloncat sejauh mungkin, mengubah posisi tempurung.
Meribut di www.andhysmarty.multiply.com
Post a Comment