Sekaten: Pesta Rakyat Minim Artis Ibukota
Sekaten 2011. Ajang kemeriahan warga Jogja. Menyambut Yang Terhebat Sepanjang Sejarah: Nabi Muhammad dengan hari kelahirannya. Maulid. Di Alun alun pusat kota. Warga tumpah dari siang hingga malam menjelang. Menawarkan aneka permainan dahsyat. Yang berputar putar, jungkat jungkit, atau bertabrak tabrakan. Tinggal memilih. Ombak air, tong stand tempat pemotor brutal bingung di dalam tabung, juga ada tempat setan menakut nakuti pengunjung yang gemar cerita horor. Semua ada di sini.
Tidak penuh sesak. Karena hujan berhasil membuat kecut sebagian warga. Sewaktu waktu jatuh, dan membuyarkan segala rencana untuk bermain bersenang senang. Inilah waktu yang ditunggu tunggu. Bermesra mesraan dengan sang kekasih di keramaian. Tidak sembunyi sembunyi seperti maling yang diancam hukum kurungan oleh Paduka Pamong Praja.
Tapi ada yang mengganjal. Mengapa pesta rakyat hanya sebatas kesenangan? Berteriak teriak, tertawa lepas, dan aneka keriaan lain? Memang pas pintu masuk sudah diberi pancingan stand usaha dari masing masing daerah. Dan jelas, sepi. Pengunjung tak mau ambil pusing. Berpikir agaknya tidak di Sekaten. Di kamar kos sudah melulu berpusing ria. Jika ditambah harus bertransaksi dengan para aparat penunggu stand potensi daerah, anak kecil akan berseloroh: 'Capai deh!'.
Begini saja. Tidak harus diubah secara mendadak. Masyarakat Jogja butuh kegembiraan. Setelah tenggelam beberapa saat dengan guncangan Merapi, agaknya bijaksana jika tetap menjadikan Sekaten tempat terbaik untuk berhibur.
Sekaten dari zaman ke zaman. Jogja masih pantas mendapat kemeriahan.
Meribut di www.andhysmarty.multiply.com
Tidak penuh sesak. Karena hujan berhasil membuat kecut sebagian warga. Sewaktu waktu jatuh, dan membuyarkan segala rencana untuk bermain bersenang senang. Inilah waktu yang ditunggu tunggu. Bermesra mesraan dengan sang kekasih di keramaian. Tidak sembunyi sembunyi seperti maling yang diancam hukum kurungan oleh Paduka Pamong Praja.
Tapi ada yang mengganjal. Mengapa pesta rakyat hanya sebatas kesenangan? Berteriak teriak, tertawa lepas, dan aneka keriaan lain? Memang pas pintu masuk sudah diberi pancingan stand usaha dari masing masing daerah. Dan jelas, sepi. Pengunjung tak mau ambil pusing. Berpikir agaknya tidak di Sekaten. Di kamar kos sudah melulu berpusing ria. Jika ditambah harus bertransaksi dengan para aparat penunggu stand potensi daerah, anak kecil akan berseloroh: 'Capai deh!'.
Begini saja. Tidak harus diubah secara mendadak. Masyarakat Jogja butuh kegembiraan. Setelah tenggelam beberapa saat dengan guncangan Merapi, agaknya bijaksana jika tetap menjadikan Sekaten tempat terbaik untuk berhibur.
Sekaten dari zaman ke zaman. Jogja masih pantas mendapat kemeriahan.
Meribut di www.andhysmarty.multiply.com
Post a Comment