Mati Karena Cinta
Menahan diri untuk tidak mengirim SMS adalah sulit bagiku. Tak menyapa menjadi ganjalan di hati, padahal ia tak pernah berinisiatif untuk membuka percakapan. Betapa bodoh diriku. Sangat tak memakai logika. Dan inikah yang dinamakan cinta? Membuat diriku gila tak bernyawa.
Menertawakan diri, di antara jebakan jebakan yang ia buat. Dan aku tak kuasa bermain dalam jeratnya. Pasrah. Tak tahu harus berbuat untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Yang sebetulnya ia mengaku tak pernah percaya kepadaku. Ingin rasanya kubanting dirinya, kujerembabkan ke kubangan lumpur. Melampiaskan kesal mengapa pernah bertemu dengan dia. Yang sangat aku sukai sekarang ini. Untuk besok aku lupakan selamanya. Sial, sialan, mengapa ini bisa terjadi pada diriku.
Harus berbuat apalagi untuk meyakinkan dirinya. Sekadar bertemu. Untuk bertukar pendapat, menampilkan diriku yang baru. Tidak seperti pertama bertemu yang penuh dengan gejolak. Dan aku sekarang lebih tertata, tak belangsatan seperti dahulu, itu yang ingin kukatakan kepadanya. Tidak seperti dahulu wahai kekasih dalam selimut.
Entah apa yang harus kulakukan. Tak jelas.
Menertawakan diri, di antara jebakan jebakan yang ia buat. Dan aku tak kuasa bermain dalam jeratnya. Pasrah. Tak tahu harus berbuat untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Yang sebetulnya ia mengaku tak pernah percaya kepadaku. Ingin rasanya kubanting dirinya, kujerembabkan ke kubangan lumpur. Melampiaskan kesal mengapa pernah bertemu dengan dia. Yang sangat aku sukai sekarang ini. Untuk besok aku lupakan selamanya. Sial, sialan, mengapa ini bisa terjadi pada diriku.
Harus berbuat apalagi untuk meyakinkan dirinya. Sekadar bertemu. Untuk bertukar pendapat, menampilkan diriku yang baru. Tidak seperti pertama bertemu yang penuh dengan gejolak. Dan aku sekarang lebih tertata, tak belangsatan seperti dahulu, itu yang ingin kukatakan kepadanya. Tidak seperti dahulu wahai kekasih dalam selimut.
Entah apa yang harus kulakukan. Tak jelas.
Post a Comment