Dari Dunia Penerbit Kesasar ke Sarang WTS
Dalam cengkeram seorang wanita renta, tubuh jiwaku termakan olehnya. Ia kadang mendesis, tak jarang menampar pipiku hingga luber darah dan sisi lain kuserahkan seketika pula. Tangkis hanyalah kata semu.
Mendekam di antara ruji tebal, hanya sepiring asup yang diberikan. Minum melimpah, namun ialah air mentah yang memuncrat dari pipa kecil WC dekil. Kucucrup tiap haus, tak peduli aku akan mati oleh virus jahanam bertajuk manis: E. Coli. Mungkin dua hari aku beroleh muntaber. Biar. Daripada aku mati digilir wanita tua dan penganutnya yang berlipat nafsu, menatapku dengan sungging senyum. Aku lebih baik mati. Mati sekarang.
Derajatku telah berada di titik nadir. Dari insan yang berkarakter halus menjadi beringas. Karena keadaan yang membuatku seperti ini. Bukan salah ayah, ibu semoga surga termasuki oleh beliau. Maaf kepada seluruh yang menganggapku sempurna. Aku tersiksa, terbuai, malah menikmati. Di sarang setan, sarang WTS.
Mendekam di antara ruji tebal, hanya sepiring asup yang diberikan. Minum melimpah, namun ialah air mentah yang memuncrat dari pipa kecil WC dekil. Kucucrup tiap haus, tak peduli aku akan mati oleh virus jahanam bertajuk manis: E. Coli. Mungkin dua hari aku beroleh muntaber. Biar. Daripada aku mati digilir wanita tua dan penganutnya yang berlipat nafsu, menatapku dengan sungging senyum. Aku lebih baik mati. Mati sekarang.
Derajatku telah berada di titik nadir. Dari insan yang berkarakter halus menjadi beringas. Karena keadaan yang membuatku seperti ini. Bukan salah ayah, ibu semoga surga termasuki oleh beliau. Maaf kepada seluruh yang menganggapku sempurna. Aku tersiksa, terbuai, malah menikmati. Di sarang setan, sarang WTS.
Post a Comment