Draft Perdamaian buat Tuhan: Aku Benar-benar Meminta Maaf?
Tuhan, aku ingin berdamai denganmu. Jujur, aku terlalu banyak menuntutmu. Kugelembungkan anganku, kuterbitkan aneka mimpi, dan kutindas hakmu sebagai Pencipta kehidupanku. Aku baru tahu sekarang, jika merengkuhi dunia seorang diri adalah tindakan gila yang nyaris merenggut nyawaku. Aku terlena oleh sebuah rasa yang sebetulnya harus aku atur ke luar sedikit demi sedikit. Aku terlalu bernafsu untuk menggelontorkannya, memacu diriku terlalu berlebihan, hingga aku limbung oleh akibatnya. Tuhan, sekali lagi aku menawarkan draft perdamaian ini. Aku ingin menjadi sahabatmu.
Nama:
Dhany, bukan nama sesungguhnya. Hanya nama ilusi yang kusandang karena alasan profesionalitas
Umur:
tak perlu disebutkan, aku malu sampai detik ini masih ... ah sialan, kenapa umur selalu harus dicantumkan di seluruh surat berharga. Justru ini Tuhan, yang ingin kutawarkan kepadamu.
alamat:
berpindah-pindah, karena pada intinya aku tidak menyukai sebuah kemapanan. Garis hidup selalu berubah, mengapa harus ditetapkan pada sebuah titik. Alangkah sempit hidup ini. Tuhan, bantulah apakah poin ini terlalu kejam bagiku.
pekerjaan:
Entah, aku tidak tahu, tapi mengapa Tuhan sangat berbaik hati kepadaku. Selalu mengucurkan rezeki kepadaku setiap detik. Aku lalai oleh hal ini. Yang ada, aku pasti berkeluh kesah; kurang ini-itu, selalu merasa sendiri dan kecil dalam penghasilan. Tuhan, aku ingin menerima petuahmu untuk hal pelik ini.
impian-impian:
Sudah, aku sudah lempar ke laut. Biar di makan hiu. Aku ingin menjalani hidupku apa adanya. Mimpi membuatku kesal. Tak tahu bentuknya seperti apa, aku terus mengejarnya. Masa bodoh dengan mimpi, toh dia tak pernah peduli kepadaku. Harusnya dia yang mengejarku. "Gantian dong!" Tuhan, tolong jangan dianggap lucu. Aku tak bermaksud membuat guyonan. Takut mengecewakanmu.
bintang:
Bintang, sama saja dengan mimpi. Lewat saja, beri jalan! Kasihan dia selalu berkedip-kedip, perlu diperiksakan matanya ke dokter.
jenis penyakit yang pernah diderita:
Siapa bilang aku berpenyakit? Tuhan, terima kasih atas kesehatan yang telah kau berikan. Sebuah penghargaan besar yang kuterima atas anugerahmu. Tapi jangan anggap aku menjilat ya, Tuhan. Ini kulakukan setulus hatiku. Aku tak mau menjadi orang yang kufur nikmat. Rasa sakit sedikit bisa ditekan dengan tekad yang banyak. Aku menerima tubuhku apa adanya. Semoga jiwaku ikut. Tuhan, aku jadi hilang-pembicaraan.
Demikian draft perdamaian aku buat. Hanya berisi rincian karakter diriku yang sebetulnya bukan siapa-siapa. Yang ingin menjadi apa-apa, tapi goyang diterjang putaran yang memusingkan.
Tuhan, jika boleh, aku berdamai dulu dengan diriku sendiri. Itu sepertinya yang lebih utama.
--Mengurai masalah yang seperti benang ruwet.
Nama:
Dhany, bukan nama sesungguhnya. Hanya nama ilusi yang kusandang karena alasan profesionalitas
Umur:
tak perlu disebutkan, aku malu sampai detik ini masih ... ah sialan, kenapa umur selalu harus dicantumkan di seluruh surat berharga. Justru ini Tuhan, yang ingin kutawarkan kepadamu.
alamat:
berpindah-pindah, karena pada intinya aku tidak menyukai sebuah kemapanan. Garis hidup selalu berubah, mengapa harus ditetapkan pada sebuah titik. Alangkah sempit hidup ini. Tuhan, bantulah apakah poin ini terlalu kejam bagiku.
pekerjaan:
Entah, aku tidak tahu, tapi mengapa Tuhan sangat berbaik hati kepadaku. Selalu mengucurkan rezeki kepadaku setiap detik. Aku lalai oleh hal ini. Yang ada, aku pasti berkeluh kesah; kurang ini-itu, selalu merasa sendiri dan kecil dalam penghasilan. Tuhan, aku ingin menerima petuahmu untuk hal pelik ini.
impian-impian:
Sudah, aku sudah lempar ke laut. Biar di makan hiu. Aku ingin menjalani hidupku apa adanya. Mimpi membuatku kesal. Tak tahu bentuknya seperti apa, aku terus mengejarnya. Masa bodoh dengan mimpi, toh dia tak pernah peduli kepadaku. Harusnya dia yang mengejarku. "Gantian dong!" Tuhan, tolong jangan dianggap lucu. Aku tak bermaksud membuat guyonan. Takut mengecewakanmu.
bintang:
Bintang, sama saja dengan mimpi. Lewat saja, beri jalan! Kasihan dia selalu berkedip-kedip, perlu diperiksakan matanya ke dokter.
jenis penyakit yang pernah diderita:
Siapa bilang aku berpenyakit? Tuhan, terima kasih atas kesehatan yang telah kau berikan. Sebuah penghargaan besar yang kuterima atas anugerahmu. Tapi jangan anggap aku menjilat ya, Tuhan. Ini kulakukan setulus hatiku. Aku tak mau menjadi orang yang kufur nikmat. Rasa sakit sedikit bisa ditekan dengan tekad yang banyak. Aku menerima tubuhku apa adanya. Semoga jiwaku ikut. Tuhan, aku jadi hilang-pembicaraan.
Demikian draft perdamaian aku buat. Hanya berisi rincian karakter diriku yang sebetulnya bukan siapa-siapa. Yang ingin menjadi apa-apa, tapi goyang diterjang putaran yang memusingkan.
Tuhan, jika boleh, aku berdamai dulu dengan diriku sendiri. Itu sepertinya yang lebih utama.
--Mengurai masalah yang seperti benang ruwet.
Post a Comment