Kudeta Politik yang Kelak Kulakukan di Desa
Jalan berlubang berisi emas, mari kita rayah bersama sama. Tak usah menanti peluit sang kepala desa. Kita warga mandiri, tak perlu norma. Tak penting jika melihat jalan bopeng keropeng. Hanya jika ada emas di dalamnya. Baru kita bergembira.
Sarjana hukum pemimpin desaku. Delapan tahun durasi baginya, atau malah sudah dikurangi menjadi lima tahun, aku tak peduli. Kuyakin warga lain pula. Hukum kolonial pasti pemimpinku telah mumpuni. Tapi mengapa banyak jalan berlubang di sebuah desa milik seorang sarjana hukum? Apakah ia terlalu sibuk menstempel surat niaga hingga lupa menjaga kualitas jalan desa? Pasti, pemimpinku dulu salah mengambil jurusan kuliah. Harus teknik sipil. Baiklah, aku yang kelak mengganti dia. Karena aku insinyur sipil. Biar jalan desa mulus. Oke?
Sarjana hukum pemimpin desaku. Delapan tahun durasi baginya, atau malah sudah dikurangi menjadi lima tahun, aku tak peduli. Kuyakin warga lain pula. Hukum kolonial pasti pemimpinku telah mumpuni. Tapi mengapa banyak jalan berlubang di sebuah desa milik seorang sarjana hukum? Apakah ia terlalu sibuk menstempel surat niaga hingga lupa menjaga kualitas jalan desa? Pasti, pemimpinku dulu salah mengambil jurusan kuliah. Harus teknik sipil. Baiklah, aku yang kelak mengganti dia. Karena aku insinyur sipil. Biar jalan desa mulus. Oke?
Post a Comment