Andai Menunggu berhadiah Kacang ...
Kali ini aku tak kuat menunggu. Tekanan darahku sudah naik di ubun ubun. Serasa akan meletus. Terpaksa aku tiduran mengkhayal ratusan domba, menghitungnya, berharap masalahku melayang menuju Pantai Selatan. Aku tak mau mengisap ganja. Temanku bilang rasanya tengik, tak enak, lebih gurih Mie Tek Tek depan rumah yang datang tepat jam 9 malam. Menunggu benar benar membuat pening.
'Kau berpikir apa, Yang?' Tanya sobatku. Kata sayang menjadi panggilan wajib kami.
'Menunggu lamaran si Aak. Sudah terlalu lama kami pacaran.'
Ow ow. Lepas kendali mulutku. Rahasia terkuak. Masak keasinan bisa aku tutupi, tapi mengolah bubur secara sadar kulakukan hingga gosong. Pasti gosip akan menyebar. Si Vety menambahi jika aku meraung raung, si Gladys bercerita ke Mpok warung sebelah. Blaik. Oh Tuhan, aku memang pengin kawin. Tapi, oh mulut ember pecahku. Aku akan menuai ucapanku sendiri.
'Kau berpikir apa, Yang?' Tanya sobatku. Kata sayang menjadi panggilan wajib kami.
'Menunggu lamaran si Aak. Sudah terlalu lama kami pacaran.'
Ow ow. Lepas kendali mulutku. Rahasia terkuak. Masak keasinan bisa aku tutupi, tapi mengolah bubur secara sadar kulakukan hingga gosong. Pasti gosip akan menyebar. Si Vety menambahi jika aku meraung raung, si Gladys bercerita ke Mpok warung sebelah. Blaik. Oh Tuhan, aku memang pengin kawin. Tapi, oh mulut ember pecahku. Aku akan menuai ucapanku sendiri.
Andai menunggu berhadiah kacang.... Aku karo Nanik pasti wis oleh pabrik kacang, nunggu kowe ora sido melu tour Bandung Trails... Huuuu....
BalasHapusIya, aku isih utang kuwi. Tenang ae, masih kuitung. Ntar yen wis ngantor maning ya.
BalasHapusKacang sana kacang sini, nih tak lempar.