Kemenangan Pemabuk atas Cendekia. Merdeka dengan Alkohol
Berkumpul dengan para pemabuk ternyata lebih nikmat dibanding berdiskusi buku sastra bestseller dengan para cendekia. Sebenarnya sama visi yang diusung, melayang ke awang awang. Tapi para pemabuk lebih eksploratif, imajinatif, dan yang paling penting: selipan nada nada porno. Manusiawi sekali. Cendekia, oh alangkah picik mereka. Berbuih buih, saling menyerang pendapat, membuat kepala pusing. Negeri ini tak butuh pemikiran. Saya pernah berada di lingkungan pemikir, walhasil: lebih bejat daripada para pemabuk.
Seribu makna dari penyesap anggur beralkohol, menikmati malam bersama kepul asap rokok, dan cengkerama bersahabat. Total dan tanpa tedeng aling aling. Cendekia terlalu sibuk agar pendapatnya biar diakui orang lain. Sastra tak lebih baik dibandina bir. Sastra adalah pembuat lena. Buang jauh jauh. Saatnya menikmati negeri indah ini dengan gembira. Tanpa berpusing ria, meninggalkan ajaran para cendekia.
Seribu makna dari penyesap anggur beralkohol, menikmati malam bersama kepul asap rokok, dan cengkerama bersahabat. Total dan tanpa tedeng aling aling. Cendekia terlalu sibuk agar pendapatnya biar diakui orang lain. Sastra tak lebih baik dibandina bir. Sastra adalah pembuat lena. Buang jauh jauh. Saatnya menikmati negeri indah ini dengan gembira. Tanpa berpusing ria, meninggalkan ajaran para cendekia.
Post a Comment