Ibu Kos, antara terima kasih dan dendamku
Kebaikan ibu kos sebatas nilai uang saja. Jika kita membayar tepat waktu, disayang sayang dipuji setinggi Patung Garuda Wisnu Kencana. Apabila telat bayar, wajan panci dan ulekan dijamin berbunyi merdu. Aku dan ibu ibu kos, bagai duri dalam sekam. Aku menjadi kutu, ia inangnya. Sang kutu harus terus bereksplorasi mengenal inangnya. Tak ada kata tidak. Dimana mana budak tak mempunyai hak istimewa.
Ibu kos paling akhirku memberi kenangan tersendiri. Setahun lebih hubungan kami baik. Tapi sungguh sial, di penghujung cerita romantis kami pecah. Ia mengusirku, tanpa alasan yang jelas, yang tak masuk akal. Serasa hangus kebaikan dirinya. Menurut versiku, ia telah menjadi Orang Buruk Rupa. Ah, mengapa ia tak menerimaku di saat aku sedang tak menguntungkan dirinya. Pengusiran olehnya membuat aku, sekali lagi, meradang. Oh betapa Tuhan menguji kadar pengelolaan emosiku.
Aku masih marah, kesal. Yang nyaris merusak jiwaku. Menjadi insan yang sulit memaafkan. Padahal aku sudah berusaha menghargai orang lain. Hidup ternyata tidak datar.
Pertanyaan dan jawaban yang tak menemui kesatuan. Berlarut larut dan kadang ingin kubunuh mereka yang kurang ajar kepadaku, yang merusak tatananku.
Adil, adillah. Belajar adil. Ayolah, bangkitlah.
Oh, andai aku mampu menahan laju sang waktu. Aku ingin menikmati hari hari indahku bersama ibu kos yang tanpa masalah di akhir cerita. Tapi ....
Ibu kos paling akhirku memberi kenangan tersendiri. Setahun lebih hubungan kami baik. Tapi sungguh sial, di penghujung cerita romantis kami pecah. Ia mengusirku, tanpa alasan yang jelas, yang tak masuk akal. Serasa hangus kebaikan dirinya. Menurut versiku, ia telah menjadi Orang Buruk Rupa. Ah, mengapa ia tak menerimaku di saat aku sedang tak menguntungkan dirinya. Pengusiran olehnya membuat aku, sekali lagi, meradang. Oh betapa Tuhan menguji kadar pengelolaan emosiku.
Aku masih marah, kesal. Yang nyaris merusak jiwaku. Menjadi insan yang sulit memaafkan. Padahal aku sudah berusaha menghargai orang lain. Hidup ternyata tidak datar.
Pertanyaan dan jawaban yang tak menemui kesatuan. Berlarut larut dan kadang ingin kubunuh mereka yang kurang ajar kepadaku, yang merusak tatananku.
Adil, adillah. Belajar adil. Ayolah, bangkitlah.
Oh, andai aku mampu menahan laju sang waktu. Aku ingin menikmati hari hari indahku bersama ibu kos yang tanpa masalah di akhir cerita. Tapi ....
ini ibu kos yang dimana ???
BalasHapusbtw pa kabar An? udah mulai kuliah atau masih sibuk berjibaku dengan rupiah
Semuwa ibu kosku. Ha6
BalasHapusbaik, n msi mencari rica rica yang terbaik. Masih bergulir semuwa rencanaku. Kadang apatis, kadang berapi2. Penting aku jaga semangat ajah.
semangat nulis maksudnya :D dah lama ya kamu ga nongol, kupikir udah alih profesi
BalasHapusMengikuti gaya artis lah :)
BalasHapusbersembunyi bentar untuk memancing rasa penasaran orang lain.
Rencana mau kembali ke khittah. Jadi insinyur lagi. Ngejar mimpi cari duit. He6.
Nulis, buat samben ajah.He6
doakan yah.
Yogya ada peluang apa lagi? Pengin kuliah tapi fuluz belum berpihak. Oh God
lho, kok malah tanya jogja ada peluang apah....kan kamu skrg di jogja, tho ?????
BalasHapusOalaahh... Aku ngerti kenopo kowe diusir Ibu kost...
BalasHapusLha, kowe seneng bercinta karo Pak kost je... Pantesan, Ibu kost cemburu... Wakakakak...
@nikinput: eok.Salah.Aku dimana aku berada.He6
BalasHapus@Adi: Tepat. Tak dapat disangkal.Ha6