Permintaan maafku sebagai manusia Jawa teruntuk Aceh
Telah kuperhitungkan, masak meski dalam detik. Kukeluarkan sambungan rasaku buatnya. Teman Acehku yang masih terluka. Oleh bangsaku, oleh negeriku, oleh jiwa kotor kami. Memusnahkan bangsa mereka. Membuat daftar janda dan anak anak tak berBapa. Oh, Tuhan maafkan aku yang memutuskan silaturahmi kami. Aku dan seorang anak Aceh. Kami tidak bermusuhan, hanya beda memandang sejarah. Yang sama sama tidak kami ketahui.
Aku bukan DOM. Bukan. Demi Tuhan. Dalam hati kami hanya ada Aceh. Jawa sama dengan Aceh, hanya tanah dan manusia. Tapi kenapa kami anak Jawa mendapat limpahan ini. Aku sadar mereka masih terluka. Mereka juga tidak membenci kami. Manusia Jawa. Tapi, bukalah maaf bagi kami. Dari manusia Jawa atas perlakuan yang kami rencanakan, lakukan, dan pikirkan.
Jika memang pantas, biarlah aku atau lima anak Jawa menjadi ganti. Tentu tak cukup. Tapi tak mengapa. Hanya niat tulus yang kami berikan. Dariku. Bukan cermin manusia Jawa seluruhnya. Demi damai anak Aceh dan Jawa.
Kami mengaku salah.
Aku bukan DOM. Bukan. Demi Tuhan. Dalam hati kami hanya ada Aceh. Jawa sama dengan Aceh, hanya tanah dan manusia. Tapi kenapa kami anak Jawa mendapat limpahan ini. Aku sadar mereka masih terluka. Mereka juga tidak membenci kami. Manusia Jawa. Tapi, bukalah maaf bagi kami. Dari manusia Jawa atas perlakuan yang kami rencanakan, lakukan, dan pikirkan.
Jika memang pantas, biarlah aku atau lima anak Jawa menjadi ganti. Tentu tak cukup. Tapi tak mengapa. Hanya niat tulus yang kami berikan. Dariku. Bukan cermin manusia Jawa seluruhnya. Demi damai anak Aceh dan Jawa.
Kami mengaku salah.
BalasHapusSudah ah, memangnya kau salah apa? Kau hanya perlu minta maaf sekali, bukan berkali-kali menyujudkan kepalamu sejajar tanah di kaki mereka yang tak mampu memberi maaf. Kalau kedangkalan paradigma dan kepicikan pandang bukan berasal darimu, mengapa harus merasa berdosa? Minta maaf itu mulia, dan kau telah menunjukkan kemuliaanmu. Saatnyalah bagi mereka yang kau mohonkan maaf untuk unjuk kemuliaan pula, betapapun kemuliaan tak butuh kontes.
Ini kan sinetron. Harus dramatis lah
BalasHapus
BalasHapusJangan menista diri sendiri, Temanku, wong Jowo. Dan jangan biarkan siapapun menistamu. Sedih aku. Nih air mataku mengalir tak karuan. Kau pingin bawang merahnya diiris halus atau dicincang kasar?
Wong edan. Sapa menistakan? Aku mendustakan kale.
BalasHapusAir matamu tampung saja. Dijual ke Engkoh dekat kosku. Aku ntar bilang buat bumbu dapur pemicu hormon kejantanan. Lah kok ndilalah yang ada di depanku si Ariel PeterPan.
BalasHapusHus, ndak sopan. Dia sudah cukup jantan. Buktinya dia menolak memaafkanmu. Paling tidak hargailah kepala batunya, perlambang kejantanannya itu.
Stop piracy!
BalasHapusTp Dvd yes!
Tenang. Mari kita melayat
BalasHapusIya, mari. Banyak hati yang telah mati.
Dikubur pakai peti kayu jati. Hutan yang mana?
BalasHapus