Remaja Alim Penyaji Bir di Sebuah Bar
Kepul asap di bar ini membuat dadaku sakit. Jika saja aku tak terhimpit keadaan, pasti sudah kutinggalkan pekerjaan ini. Hidup di tempat hiburan malam adalah pilihan tersulit di saat asupan hidup dari bundaku melemah. Uang bulanan sering kali tak sampai ke dompetku. Bunda tengah kesulitan di kampung halaman.
Temaram ruang dengan lampu yang lirih membuatku ingat kenangan masa lampauku. Bersama bunda, aku menikmati malam-malam panjang. Bersenda gurau, mengaji bersama, menceritakan kisah laga almarhum ayah yang perwira. Sentilan konyol bunda yang menyebutku pemuda-kerbau membuatku terpingkal-pingkal. Kegemaranku bangun siang, dan bersikap manja, membuat bunda terpaksa menyematkan nama jelek itu. Aku rindu masa itu.
Denting gelas yang diadu, celoteh sekumpulan muda-mudi rapi di sudut ruangan, membuatku terkesiap. Aku harus melayani mereka, tak boleh terlalu sendu dan tenggelam dalam lamunan semu. Melangkah dengan sedikit terserep, kakiku berdamai dengan kegembiraan mereka. Terkadang ingin kutumpahkan gelas-gelas bir ini ke muka mereka. Rasanya sebal sekali melihat mereka mabuk dan muntah di lantai. Ujung-ujungnya akulah yang membersihkannya. Kutahan emosi ini dan kusunggingkan senyum terbaikku agar esok malam mereka sudi kembali lagi.
Tatap mata mereka sudah layu, seperti orang ingin beradu dengan ranjang. Aku tetap saja melayani mereka dan kuucapkan rayuan manis agar mereka bersedia membeli beberapa botol lagi.
"Malam, Bapak-Ibu, mau pesan bir lagi?"
"Bapak, Ibu, memangnya kami ini sudah tua?" jawab salah seorang disertai cegukan tanda alkohol sudah merasuk pikiran.
"O, maaf. Mas dan Mbak." jawabku asal.
"Tambah lagi dua botol. Segera, enggak pakai lama!" perintah seorang wanita dengan embus rokok filternya. Mereka semua terkekeh. Entah menertawakan apa.
Puji syukur kepada Tuhan. Hari ini aku akan menerima uang tip yang lumayan karena aku berhasil menjual banyak bir. Cukup untuk menyambung hidupku beberapa hari. Imaji konyolku kadang berubah menjadi jelek, anehnya kunikmati. Aku ingin membuat diskotek yang lebih besar dari bar ini. Kusajikan aneka minuman dan hiburan malam. Pasti uang mengalir dengan deras. Dan kukirimkan uang berlembar-lembar kepada Bunda di rumah.
Mengapa bimbang kadang hilang di saat merasakan kenikmatan semu? Namun muncul kembali sewaktu-waktu dan menebarkan benih radang otak akut? Tak tahu memang. Semua menjadi hambar, tak jelas mana yang hitam atau putih.
Temaram ruang dengan lampu yang lirih membuatku ingat kenangan masa lampauku. Bersama bunda, aku menikmati malam-malam panjang. Bersenda gurau, mengaji bersama, menceritakan kisah laga almarhum ayah yang perwira. Sentilan konyol bunda yang menyebutku pemuda-kerbau membuatku terpingkal-pingkal. Kegemaranku bangun siang, dan bersikap manja, membuat bunda terpaksa menyematkan nama jelek itu. Aku rindu masa itu.
Denting gelas yang diadu, celoteh sekumpulan muda-mudi rapi di sudut ruangan, membuatku terkesiap. Aku harus melayani mereka, tak boleh terlalu sendu dan tenggelam dalam lamunan semu. Melangkah dengan sedikit terserep, kakiku berdamai dengan kegembiraan mereka. Terkadang ingin kutumpahkan gelas-gelas bir ini ke muka mereka. Rasanya sebal sekali melihat mereka mabuk dan muntah di lantai. Ujung-ujungnya akulah yang membersihkannya. Kutahan emosi ini dan kusunggingkan senyum terbaikku agar esok malam mereka sudi kembali lagi.
Tatap mata mereka sudah layu, seperti orang ingin beradu dengan ranjang. Aku tetap saja melayani mereka dan kuucapkan rayuan manis agar mereka bersedia membeli beberapa botol lagi.
"Malam, Bapak-Ibu, mau pesan bir lagi?"
"Bapak, Ibu, memangnya kami ini sudah tua?" jawab salah seorang disertai cegukan tanda alkohol sudah merasuk pikiran.
"O, maaf. Mas dan Mbak." jawabku asal.
"Tambah lagi dua botol. Segera, enggak pakai lama!" perintah seorang wanita dengan embus rokok filternya. Mereka semua terkekeh. Entah menertawakan apa.
Puji syukur kepada Tuhan. Hari ini aku akan menerima uang tip yang lumayan karena aku berhasil menjual banyak bir. Cukup untuk menyambung hidupku beberapa hari. Imaji konyolku kadang berubah menjadi jelek, anehnya kunikmati. Aku ingin membuat diskotek yang lebih besar dari bar ini. Kusajikan aneka minuman dan hiburan malam. Pasti uang mengalir dengan deras. Dan kukirimkan uang berlembar-lembar kepada Bunda di rumah.
Mengapa bimbang kadang hilang di saat merasakan kenikmatan semu? Namun muncul kembali sewaktu-waktu dan menebarkan benih radang otak akut? Tak tahu memang. Semua menjadi hambar, tak jelas mana yang hitam atau putih.
Apakah kau menyediakan es degan?
BalasHapusMaaf, ini eksxlusive. Hanya orang-orang condong ke Barat yang boleh mazuk! hahaha
BalasHapusTapi, es degan satu ember juga bisa bikin mabuk ya?
Bah, air putih segalon pun bisa bikin kau masuk UGD.
BalasHapusYa dah, ayo kita mabuk bersama
BalasHapusToh, UGD Permata Hijau grtis kan?
BalasHapusBenarkah? Ngembe maning...........
Ngembe, suara wedhus
BalasHapusngombe, minum
mana ya? hihi
Ah, brisik!!!! Di kampungku, bilangnya "ngembe"....
BalasHapusKemarin, ada godaan. Rasanya, aku pengin mabok.
BalasHapusKaya ga kuat nahan emosi yang menggumpal kaya kapas randu.
Tapi aku coba tahan.
Waduh stres akuuu!
BalasHapusLepaskan emosimu, Sob! Sob, Dab, Lhe, menjeritlah kaaauuuuu!!!!!!
Crot.
Wokeee .... terus menulis sampai badan kita dipenuhi emas
BalasHapustrus kreditin tuhhh hahahahaha
BalasHapusPinter.
Di saat kita tambah kaya dan mulai sok sibuk, barangkali di saat itulah keakraban kita mulai memudar.
itu yang menyakitkan!
BalasHapusBiasanya penulis laris teh gitu dak.
BalasHapusMakanya kita jangan jual diri nyak, biar jangan laris mah.
ra dong menehhh
BalasHapusbahasane dicampur bawur gini.
BalasHapusPecel Madiun, jeeee.........
Kalau pakai je, berarti bakpia patuk
BalasHapuskalau pakai re, swikee makanannya
kalau pakai bah, apa ya?
BalasHapusBabi panggang rencah jahe merah?
Ohhh ....
BalasHapusKamu pasti kena cekal. Ga boleh masuk ke bandara Polonia
secara kamu dah melecehkan hahahha
BalasHapusMelecehkan babi? Maka kalengkan saja dalam kemasan, biar legal.
Woke.
BalasHapusTinggal minta cap halal ama saha nya?
Atau diuji klinis di kementria perdagangan?
Atau ke departemen militer?
Tolong, aku terjebak. Tak tahu harus ke mana? Secara sistem sini ruwet dan memusingkan.
BalasHapusKarenanya, sesekali berkunjunglah ke peternakan babi, agar kau tau derita para babi yang digemukpaksakan sebelum penyembelihan.... Hmmm tampaknya mengingatkanku akan sesuatu....
Oke
BalasHapusmenantang sekali
ada ga biro jasa wisatanya?
BalasHapusAda, namanya Babi Travel and Tour. Pengen pelesir? Yyyyuuukkkk mari.
Kamu yang jadi guide-nya ya?
BalasHapusHohohooho ternyataaaa .... kamu adalah
BalasHapusHus!!! Sembarangan. Aku adalah Putra Duyung Yang Pusernya Kelihatan, bersanding sarden bersaus tomat dalam kaleng emas.
Dan aku putri duyung yang main loncat tali
BalasHapusmari kita bersanding, Kakanda.
BalasHapusDengan saus tomat sebagai lautan asmara, Adinda.
Tunggu, Kakanda. Ada kapal tongkang lewat.
BalasHapusLempar para penumpangnya dengan senyum manis kita.
Aku rasa, kita harus menolong mereka.
Oh, aku lihat mereka menjerit.
Apaan sih kamu Kang, tanganmu jahil banget!
BalasHapusLah?!!! Tanganku megangin tali kok.... Itu mesti tangan Syahbandar Tuban, atau Rangga Iskak, atau Sang Gusti Adipati sekalian.... Sapa suruh kau cantik.
Ah baru baca Arus Balik yaaaa?
BalasHapusJadinya kamu terngiang-ngiang.
Ayo, ukir namamu sendiri!
Bikin tokoh yang kuat, sekuat Kancutmu itu le le
BalasHapusOalaaaaaa Idandhy.... Nasibmu Nduk, Nduk.... Makanya kalo ke Kadipaten berkembenlah, agar tak liar mata Tuan Kelebihan Hormon itu menyaksikan tontonan geratis....
Apa enaknya kembenan? Masuk angin, dan seluruh otot punggung keliatan semua.
BalasHapusItukah yang kau anggap seksi?
BalasHapusLah, kau tak insaf juga.... Akibat keseksianmu kau ternoda.... Lahirlah Gelar yang berhidung bengkung itu, tak mirip seujung kuku pun dengan Kang Galeng-mu....
Ah dasar ga punya identitas
BalasHapusItu Pram
Aku adalah aku
kamu adalah pram hahaha
BalasHapusAku adalah Putra Duyung.... Ah, gak kreatib, masa itu mulu.
Pacu dirimu untuk kreatif. Dengan memakan daging kuda, anjing, babi, atau serangga.
BalasHapusDijamin libidomu naik, kau gorok semua kesewang-wenangan di bumi ini. Minimal negeri sendiri dulu. Atau kau ingin langsung menancapkan kukumu di Festival Berlin?
Ah terserah kamu, mau kreatif atau tidak.Hidupmu kau tanggung sendiri, Teman!
BalasHapusBenar katamu, kecuali makanan-makanan yang kau anjurkan itu.
Artinya nasihatku ga kamu terima?
BalasHapusBengal banget sihhh kauuuu
BalasHapusLah, kalau aku tak bengal, mana ada tantanganmu sebagai guru? Gimana sih kau ini, hidup kok pengen yang lempangnya saja.... Crot.
Loggghhh .... kamu tahu? Sebagian besar PT di negeri ini ya gitu-gitu saja. Tapi aku sangsi juga sih dengan pendapatku.
BalasHapusKarena aku sudah dicuci otakku untuk menjadi gembel yang ga kreatif
saatnya untuk ke luar dari cengkeraman berduri yang membungkam lambung hahahaha