Membayangkan Aceh dan Jawa dalam Satu Pulau
Membayangkan Aceh dan Jawa dalam satu daratan. Berbagi kisah manis saat Belanda menjajah negeri. Menyandingkan foto Cut Nyak Dien dan Sultan Agung dalam satu bingkai. Dikerubuti warga Aceh Jawa, diselimuti awan dupa dan puja kalam Allah. Memutar hidangan dua budaya, dicicipi kepala kepala mungil tak mengenal DOM. Ayah Jawa mengadopsi malaikat kecil Aceh tak berBapa. Merukunkan Janda Aceh dan Ibu Jawa. Harmonis, menyegarkan jiwa.
Aceh, terus membekas di hatiku. Tanah terakhir dijajah. Pesawat pertama buat NKRI. Dan aneka cerita kentalnya.
Berharap warga Aceh dan Jawa bersekolah di Negeri Belanda menemui Opa dan Oma. Berbincang di teras, menyesap kopi dan teh. Bertukar cerita indah, bukan pedih.
Aceh, terus membekas di hatiku. Tanah terakhir dijajah. Pesawat pertama buat NKRI. Dan aneka cerita kentalnya.
Berharap warga Aceh dan Jawa bersekolah di Negeri Belanda menemui Opa dan Oma. Berbincang di teras, menyesap kopi dan teh. Bertukar cerita indah, bukan pedih.
emang mau orang aceh bersatu dengan jawa? coba aja buat penelitian hehe
BalasHapusJika dendam terus piara, mati membusuklah.
BalasHapusAku anak Jawa memohon maaf. Jika kau mau ambil nyawaku, aku rela. Demi Tuhan! Orang Jawa tak pernah punya niat membunuhi saudara sendiri.
Riel, kepala taruhanku kalo orang Jawa pembunuh.
Demi langit dan bumi.
Maafkan kami.
Kita saudara
au' deh....
BalasHapusTetap, aku minta maaf. Orang Jawa mungkin pembunuh di matamu. Rasa tak pedulimu bisa tertawar oleh matinya diriku. Salah seorang Jawa. Bunuh aku!
BalasHapusSebagai ganti saudara saudaramu di Aceh, saudaraku. Mari kita ngeteh.
heheh sok kali bahasa mu bro
BalasHapusLah sinetron kok. Dibilang sok biarin. Cuma sudut pandang ko. Jika permusuhan, ya betul katamu.
BalasHapusKamu belum kenal aku si. Jangan asal ketok.Ha6
Toh aku ga pernah bilang u sok kan? Ayolah, sesama orang intelek, saling mendukung. Ocre
BalasHapusNdhy, ganti gaya bahasamu. Kadang ada segelintir orang yang tak mempan diajak bicara beriak-riak, pengennya langsung dibanjir bandang.
Peranakan Aceh-Jawa; bapak Aceh-emak Jawa atau bapak Jawa-emak Aceh bertebaran jumlahnya dimana-mana, perlukah buang-buang waktu meneliti jika realita tersaji lugas di depan mata? Dendam seperti apakah yang dianut bangsa Aceh kiranya, mendendam Jawa tapi bersetubuh dengan Jawa untuk melahirkan anak-anak setengah Jawa setengah Aceh? Membenci Jawa, namun menyenggamai Jawa? Wow, absurd nian. Perlu diingat Jawa bukan hanya Soekarno, dan alangkah piciknya menjadikan Soekarno sebagai ejawantah Jawa seutuhnya. Dendamlah Soekarno jika ingin, namun jangan dendam Jawa selaku sebuah sistem.
BalasHapuskalian ngomong apa seh.., kemana kalian ketika kami mau "dimusnahkan"?
BalasHapusSudahlah. Sepertinya kita perlu kopi darat. Bertiga. Sapa tahu jadi Trio Rida Sita Dewi. Ato Warkop?
BalasHapusAriel masih trauma dengan DOM n tsunami. Kita bantu dia. Yang pasti, Pha. Kita generasi universal n pro perdamaian. Semoga Allah memberi kesejahteraan bagi orang Aceh. Doa dari seorang pemuda Jawa. Amin
Sudah. Ariel, jangan masuk ke blogku lagi!
BalasHapusKemana kalian ketika hendak kami bantu? Oh, maaf. Kalian punya marwah yang menyebabkan kalian mengharamkan bantuan, apalagi dari Jawa.
BalasHapus
BalasHapusOh, aku juga masih trauma saat bantuanku untuk korban tsunami ditolak mentah-mentah hanya karena (dianggap) tak berkelas dan tak sesuai selera para korban. Bahkan jangan-jangan doa si pemuda Medan ini ditolak pula oleh karena (dianggap) tak makbul.
BalasHapusLha, setelah menggulirkan bola salju kok sekarang malah takut tergulung? Biar saja menggelinding, menyapu semua apa yang ada. Seru deh. Kayak di gedung-gedung politik itu, yang dipenuhi orang Jawa. Bukan begitu? Asyik kok Ndhy, sering-sering kek gini. Hus, aku jujur, bukan nyindir!!!
Aku bikin teh. Kalian bertengkar dulu. Nanti rangkulan, saling cubit pipi.
BalasHapusEngga takut. Cuma takut guwe diusir lebih cepat dari negeri ini. Mr. Provy akan menyambar Anda!
Yang pasti, ketajaman kita tidak akan berkurang karena Ariel. Terus tambah. Ok
BalasHapusOh, aku malah bersyukur ada handicap semacam itu. Kalau terlalu kondusif, jangan-jangan stagnan, atau bahkan bisa-bisa degradasi. Kan kau yang bilang, hidup jangan terlalu nyaman, bila perlu, bikinlah penjaramu sendiri. Nah, bersyukurlah kita punya sipir yang galak semacam beliau itu, jadi bisa tambah wawasan. Hus, sipir-sipir.... Kau menyebutkan kata yang tabu!!! Represif!!! Heh, kamu!!! Ya, kamu!!! Tiarap, tiarap kau!!! Kubedil kau nanti!!!
....
....
....
.... Aku kelewatan nggak ya Ndhy? Prek.
Masih aman ko takarannya. Menurutku lo. Tapi kalo orang lain, ya mesti beda. Sekarang gini, kita mau jadi Ariel? Ariel aja ga sudi jadi kita?
BalasHapusJadi diri sendiri aja.
Masalah tulisan. Pertama harus tajam, kasar, meledak. Kita alusin aja. Ingat pembaca kita juga ada yang macam Ariel. Ga semua menerima.
So, fine fine aja. Lanjutkan!
BalasHapusLaksanakan, Komandan!!!
He, kamu!!! Ya, kamu!!! Kubedil kau nanti!!! Tidak, bukan nanti, sekarang!!!
Ingat, aku bukan DOM
BalasHapustapi siap melumatkan otakmu
zombie je