Ada, Mengadalah
Jangan hentikan saya dengan ilusi yang kau jebakkan. Membuat saya tertahan, tidak lagi berlari untuk mengejar mimpi yang saya terbitkan. Kau menahan, menjadikan saya linglung, tak mampu untuk berpikir rasional. Semua kau cipta agar saya tenggelam dalam ceria cerita romantis yang sesungguhnya semu. Berhalusinasi di dalam masa hibernasi yang panjang.
Selanjutnya, saya bangun berikut pikiran yang kosong, tak lagi memiliki pemikiran pemikiran yang tegas. Melembek, dan serasa hidup suri.
Penjahat berguling di lantai bui. Meratapi lambat waktu tak kunjung membuka pintu bangunan penuh setan pelibas hidup sesama. Menggaris tembok dengan kuku, 'Ini bulan apakah?' Dan tidur tidur panjang, mengisi hari dengan berkarya bakti mengikuti perintah para sipir. Makan makanan yang telah disediakan layaknya para broiler menunggu jatah dari peternak yang menakar dengan pasti. Tak ada gram gram yang lebih. Itulah hidup yang selalu berulang percuma.
Bangkit, majulah menawarkan pemikiran pemikiran brilian. Meski mata memicing pasti kau temui. Berikut dengan pujian yang melenakan, 'Kau hebat. Otakmu cemerlang.'
Sungguh, penyakit yang paling ampuh untuk menyegerakan kematianmu adalah tenggelam dalam puji yang membuatmu lena.
Layaknya?
Mengisi hari dengan kreasi. Lebih mewarnakan hari. Lebih dan lebih.
Karena kau ada, mengadalah.
Post a Comment