Perilaku Ganjil Para Penjaga Keamanan di Perbatasan Negeri
Tiga pasang mata, bukan empat mata. Tiga orang dalam persekutuan. Membabat habis kreativitas. Harusnya tidak memilih, tapi mereka memberangus. Entah logika apa yang mereka kedepankan, tapi orang-orang yang tak bersalah menjadi dirugikan.
Tak disangkal, darah mereka adalah darah militer yang ingin mengkudeta pemerintahan resmi. Tendang sana, tendang sini, tak peduli segala sesuatu, yang penting posko mereka aman terkendali. Seekor nyamuk yang bertandang pun akan dengan cepat merasakan tepukan kasar mereka. Ya, mereka bertiga. Komandan ajaib pembunuh masa.
"Hai, Bung! Kenapa kalian berlaku demikian?"
"Ini sesuai prosedur. Kami hanya melaksanakan program yang telah diamanatkan kepada kami." Pandangan mata mereka sinis. "Harus dilaksanakan!"
"Bukankah kami tidak melakukan kesalahan? Kami masuk ke daerah sini hanya untuk mencari suasana baru." jawabku mewakili teman-teman.
"Kau berlagak jadi pemimpin, ya?" air liur salah seorang penjaga perbatasan itu muncrat tak terkendali.
"Bukan begitu, Bung. Kami tahu kadar kelakuan dan apa yang kami ucapkan. Tapi kalau begini caranya, tanpa penjelasan yang cerdas, kalian sama saja membunuh kami!"
Semua kacau balau. Tak jelas siapa yang benar dan siapa yang dipersalahkan. Yang pasti, harmonisasi kehidupan ini menjadi hambar. Sehambar muka para penjaga keamanan perbatasan.
Tak disangkal, darah mereka adalah darah militer yang ingin mengkudeta pemerintahan resmi. Tendang sana, tendang sini, tak peduli segala sesuatu, yang penting posko mereka aman terkendali. Seekor nyamuk yang bertandang pun akan dengan cepat merasakan tepukan kasar mereka. Ya, mereka bertiga. Komandan ajaib pembunuh masa.
"Hai, Bung! Kenapa kalian berlaku demikian?"
"Ini sesuai prosedur. Kami hanya melaksanakan program yang telah diamanatkan kepada kami." Pandangan mata mereka sinis. "Harus dilaksanakan!"
"Bukankah kami tidak melakukan kesalahan? Kami masuk ke daerah sini hanya untuk mencari suasana baru." jawabku mewakili teman-teman.
"Kau berlagak jadi pemimpin, ya?" air liur salah seorang penjaga perbatasan itu muncrat tak terkendali.
"Bukan begitu, Bung. Kami tahu kadar kelakuan dan apa yang kami ucapkan. Tapi kalau begini caranya, tanpa penjelasan yang cerdas, kalian sama saja membunuh kami!"
Semua kacau balau. Tak jelas siapa yang benar dan siapa yang dipersalahkan. Yang pasti, harmonisasi kehidupan ini menjadi hambar. Sehambar muka para penjaga keamanan perbatasan.
Aduhai!!! Siapakah mereka itu kiranya?!!!
BalasHapusNyamuk-nyamuk nakal!
BalasHapusSemprotkan Bagion, sayang......
BalasHapusIklan banget sih ...
BalasHapusDapat upeti ya? hihihi
Ah mengapa harus menutup diri dari upeti...... Upeti itu terbukti memakmurkan.
BalasHapusSiapa bilang?!
BalasHapusUpeti itu dilempar ke jurang. Buat dimakan para jin penunggu Bangsa hihihi