Bersahabat dengan Makhluk Gaib
Makhluk gaib berjalan ke arahmu. Jadikan ia temanmu. Ajaklah bersenandung, menceritakan kisah hidupnya, di alam sana. Kekehannya jadikan pengisi relung jiwamu, siapa tahu cerita sedihnya sama denganmu. Jeritan tak terputusnya jadikan pengikat akal, agar kau memandang dunianya dengan jernih. Merabai kehidupan liar yang selama ini kita takuti. Alam kubur, neraka-surga, dan alam-alam lainnya.
Hantu, jin, dan aneka ketakutan lain berkeretak berjalan menujumu. Sapalah dengan hati yang terbuka. Kematian yang palsu menurutmu gantilah dengan versi mereka. Makhluk yang telah merasai gemilangnya mati tanpa harus membayangkan di luar nalar. Keganasan wajah penuh darah, anggota tubuh yang luar biasa hina, dan emosi yang tersulut saat menerima mereka. Semua itu imaji yang tidak selamanya benar. Ajaklah teman-teman beda alam itu untuk tertawa, menurut alam kita, dunia yang sekejut.
Berdansa dengan mereka. Merasai alunan musik dari sudut pandang berbeda. Apakah sama dalam rasa? Pasti tidak, sepenuhnya berbeda. Mereka tentu terpengaruh irama tanah, embun, air, dan alam yang telah menyatui jasad mereka yang telah terkoyak. Kita masih menggunakan logika yang didewakan, pandangan sempit, dan keluh-kesah yang serasa tak pernah berhenti. Mengalir menembus diri menjadi sebuah keculasan.
Bangun pagi, setan-setan itu telah pergi. Melayang untuk tidur di pagi hari. Malam nanti mereka akan bertandang kembali untuk mengajak berbincang, atau kegiatan baru lain. Mengejutkan, dua alam, tiga alam, empat alam, yang tak pernah kita perkirakan. Semua penuh misteri yang harus kita intip sedikit. Dengan ilmu dan hati yang terbuka untuk meraihnya. Apakah kita siap? Meninggalkan ego dan ikhlas merebut tongkat?
Hantu, jin, dan aneka ketakutan lain berkeretak berjalan menujumu. Sapalah dengan hati yang terbuka. Kematian yang palsu menurutmu gantilah dengan versi mereka. Makhluk yang telah merasai gemilangnya mati tanpa harus membayangkan di luar nalar. Keganasan wajah penuh darah, anggota tubuh yang luar biasa hina, dan emosi yang tersulut saat menerima mereka. Semua itu imaji yang tidak selamanya benar. Ajaklah teman-teman beda alam itu untuk tertawa, menurut alam kita, dunia yang sekejut.
Berdansa dengan mereka. Merasai alunan musik dari sudut pandang berbeda. Apakah sama dalam rasa? Pasti tidak, sepenuhnya berbeda. Mereka tentu terpengaruh irama tanah, embun, air, dan alam yang telah menyatui jasad mereka yang telah terkoyak. Kita masih menggunakan logika yang didewakan, pandangan sempit, dan keluh-kesah yang serasa tak pernah berhenti. Mengalir menembus diri menjadi sebuah keculasan.
Bangun pagi, setan-setan itu telah pergi. Melayang untuk tidur di pagi hari. Malam nanti mereka akan bertandang kembali untuk mengajak berbincang, atau kegiatan baru lain. Mengejutkan, dua alam, tiga alam, empat alam, yang tak pernah kita perkirakan. Semua penuh misteri yang harus kita intip sedikit. Dengan ilmu dan hati yang terbuka untuk meraihnya. Apakah kita siap? Meninggalkan ego dan ikhlas merebut tongkat?
masih ga ngerti
BalasHapusmasih ga ngerti
BalasHapusYa udah, bobo saja.
BalasHapusIsterimu suruh bikin teh anget.
Kalau mau enak sih, dimasukkan liang telinga dikit2 hahahhaha