Header Ads

TAKUT TERJUN


Sang imam salat jamaah berucap tegas pada bocah bocah yang gaduh di lantai atas. Sontak anak anak diam namun selama jalannya empat rekaat salat, mereka sesekali cekikikan. Pikiran saya tak khusyuk karena mereka dan pak imam. Hati saya apalagi. Kacau sekali karena satu hal yang akan saya ceritakan.

Malam itu saya terserang takut ketinggian yang parah. Meski saya berada di lantai dasar masjid, teguran pak imam membuat badan saya panas dingin. Otak saya mendadak seperti vertigo walau saya tak punya riwayat penyakit itu. Kala itu, saya membayangkan berada di lantai atas bersama bocah bocah berisik tadi dan tubuh saya seperti ada yang mendorong saya untuk terjun.

***

Kelas tiga SD saya mulai takut dengan hal hal berbau ketinggian. Naik pohon, yang biasanya anak laki laki melakukannya, saya enggan. Inilah yang membikin saya jadi bahan olok olok sebaya saya. Lihat gedung bertingkat banyak, saya muntah lantas jongkok sembari menutup mata. Ibu sudah mengajak saya ke psikolog, hasilnya nihil. Tetap saja saya ketakutan.

'Anak ibu tak bisa jadi pilot, jelas.' ucap pak psikolog. 'insinyur yang harus naik gedung tinggi, juga tidak.'

Saya tak peduli dengan perkataan psikolog di depan saya. Tuhan menjadikan apa saya nantinya terserah. Mending saya berada di kamar aman, pikir saya.

***

Sekejap saya ingat kenapa kira kira saya takut oleh ketinggian. Waktu sekolah madrasah diniyah, siang hari usai sekolah umum, kiai saya memberi komik neraka. Iya, isinya hukuman bagi manusia jahat di neraka. Saya ketagihan sih. Tapi lama lama bayangan ketakutan menempel di pikiran saya yang masih ranum.

Di komik itu, siapa yang melakukan perbuatan jahat akan ditendang dari atas masuk neraka yang apinya menyala nyala. Para pecontek juga dipersilakan terjun secara sukarela masuk neraka jahanam. Itu berulang ulang. Sudah terjun dan terbakar, mereka bisa memanjat lagi dan terjun lagi. Siksaan berkali kali.

***

Di masa saya yang tak lagi muda, berada di masjid yang jauh dari tanah leluhur, saya beristigfar memohon hilanglah pikiran ingin terjun dari lantai atas masjid. Niat saya kalau sembuh, saya akan salat di lantai itu dan mengawasi bocah bocah. Saya akan mengajari bagaimana bersopan santun di rumah Alloh.

'Ayo terjun, Dan! Terjun tepat di kepala pak haji yang sedang ceramah!'

Gusti, setan membisiki saya menyuruh saya naik ke lantai atas dan terjun. Mata saya pejamkan kuat kuat dalam zikir saya.

'Cara itu ampuh biar hilang takutmu!'

Sial, saya lagi duduk mendengarkan ceramah, eh ada bisikan setan. Tapi, kok kayanya seru kalau begitu, ya?

Tidak ada komentar