Header Ads

MENGEKSEKUSI KISAH

Tak harus jauh jauh dulu membahas novel karena ini butuh napas menulis yang panjang dan kuat. Kita ambil contoh bagaimana menulis sebuah cerita pendek bisa dengan mulus dan jernih bertutur. Resepnya apa hingga cerpen kita mengena pada pembacanya?

Cerpen tak ubahnya saripati novel. Jika kita memerasnya lagi, cerpen ialah puisi yang berentetan. Ada kesinambungan antara puisi, cerpen, dan novel. Penulis yang mumpuni akan mampu bermain secara cantik pada tiga genre itu. Namun, kita bisa memilih satu dari ketiganya untuk mendalaminya hingga lebih matang.

Dalam pengamatan saya saat belajar dari cerpenis tersohor negeri ini, sebuah cerita pendek layak terbit jika memenuhi tiga unsur yaitu penampilan kasus yang unik, penawaran solusi yang membidik dengan sudut pandang khas, dan eksekusi kisah yang membuat pembacanya mendapat nilai baru.

Dua unsur pertama bisa kita latih lewat isu isu aktual yang bertebaran di dekat kita. Kita menuturkan dengan bahasa indah tergantung ketekunan kita berlatih menulis. Solusi yang keren pula membutuhkan kelapangan hati, biasanya kita buru buru saking antusias menulis, dan kebijaksanaan memilih berbagai alternatif pemecahan masalah.

Paling berat menurut saya soal eksekusi cerita. Setelah kita mengarungi prolog dan isi kisah, waktunya mengakhirinya. Mau mematikan tokoh, menggantung jawaban, atau pilihan lainnya? Ibarat seorang pertapa bijak, ia musti melepaskan nyawanya dengan tepat. Kita bermuksa. Jiwa penulis tak elok bergentayangan menghantui pembacanya dan meninggalkan kesan buruk.

Akhir cerita memang milik penulis seutuhnya. Tak mungkin harapan semua pembacanya bisa kita puaskan. Jadi diri sendiri solusi biar penulis mantap mengeksekusi. Tip lain yaitu terus belajar dari cerpenis lain bagaimana cara mengeksekusi kisah. Banyak referensi akan membuat kita kaya cara. Terakhir, tingkatkan frekuensi jam terbang menulis. Seorang penari akan tampak luwes jika banyak menempa dirinya ketimbang yang jarang berlatih bukan? Begitupun penulis.

Tidak ada komentar