Header Ads

SPBU SERVIS MANDIRI

Seminggu ada di Karawaci Tangerang, saya terkena shock culture. Budaya Jogja yang apa apa berjalan anteng tetiba berubah kutub sampai bikin saya koplak. Itu baru Tangerang daerah penyangga Ibukota. Apalagi kalau saya di Jakarta, bisa kena stroke culture.

Masalah makanan sudah tidak bisa dibahas lagi. Sekali duduk sekira dua kali lipat dari Jogja. Saya sudah menyadari ini dan memasang perisai dan jubah zirah biar imun akan persoalan ini. Pikir saya, makan ya makan ketimbang sakit dan tak bisa bekerja secara maksimal. Beres deh!

Tentang transportasi, saya tidak punya kendala karenanya. Sewaktu waktu saya bisa meluncur ke mana saja dengan kendaraan umum. Saya tidak membawa motor pribadi. Alasannya bukan karena saya tidak kuat fisik menunggangnya dari Jogja ke Tangerang. Itu karena saya pengin membuktikan berita di TV yang menyebutkan seringnya tindak perkosaan di angkot. Siapa tahu saya mendapati aksi si sopir angkot saat melakukan tindak bejat itu. Jadi tahu detail kasusnya yang bisa berguna sebagai kesaksian saya di kepolisan. Saya menganggap bertransportasi umum selain memperkaya pengusaha angkot lokal juga batiniah saya.

***

Permasalahan timbul saat saya meminjam motor milik teman kantor baru. Jika Anda berpikir saya tidak bertanggung jawab tidak mengisi bensin motor sungguh tepat. Ada ada saja pikiran untung dan rugi di otak saya. Sebetulnya itu mendidik saya jadi pelit. Tapi bagaimana lagi kadung hati saya sudah tertutupi sifat buruk itu.

Akhirnya saya insyaf dan masuk ke SPBU untuk mengisi bensin dua liter. Batin saya, itu nilai pantas antara kebaikan teman kantor baru saya dan jasa saya bisa berkeliling kota. Saya merasai keganjilan di SPBU ini.

'Kok petugasnya sedikit!' gerutu saya sembari menengok ke kanan kiri.

Saya tidak mungkin berbalik arah minggat dari SPBU ini karena itu tindakan konyol dan terjadi preseden buruk di kantor. Hati saya kuatkan dan mendorong dengan bangga setelah motor saya matikan. Ini biar orang orang tidal curiga dan yakin jika motor adalah milik pribadi saya.

'Blaik, ngisi sendiri?!' seru saya dalam hati. 'Gimana caranya, ya?'

Saya mencermati cepat urutan mengisi bensin secara mandiri. Bayar, dapat karcis, menuju kotak pengisian, memindai karcis, angkat gagang penembak bensin, selesai.

'MUDAH!' teriak saya. Beberapa pengantre memalingkan muka ke saya. Saya menunduk malu khas Jogja.

'Dua liter, Pak!' saya berucap tegas.

Tiket dengan barcode sudah di tangan saya. Dua tahap berhasil sudah saya lampaui. Gemuruh terjadi di jiwa saya mengatakan saya telah lulus dan gelar cowok metropolis saya sandang. Kotak pengisi bensin ada di samping saya. Saya kali pertama mengisi bensin sendiri. Sudah seperti raja diri saya.

Namun terbersit saya berpikir jika konsep pengisian bensin seperti ini akan mengurangi jumlah pekerja lokal yang berujung pengangguran. Mesin benar benar telah memalaskan manusia. Bisa dibayangkan jika SPBU mandiri menyebar ke seluruh Indonesia!

Gagang penembak bensin sudah saya pegang setelah karcis saya pindai berbunyi TIT. Pelatuknya saya ungkit dengan telunjuk saya. Bensin tidak ke luar. Saya kocok kocok pelatuknya, tidak kunjung berbuah bensin mengucur. Stres mulai merambati diri saya dengan pengantre di belakang saya mulai memancarkan muka serigala buntingnya. Gagang saya kembalikan ke posisi semula, karcis saya pindai ulang, saya ulangi langkah pengisian, kembali nihil.

'ASU BAJINGAN ....'

Tak mampu saya melakukannya. Gugup, malu, dan panik menyerang saya. Saya menyerah dan menggela napas.

'Pak, bisa saya bantu?' tanya sebuah suara. Dan itu malaikat penoling yakni petugas karcis SPBU tadi. Semenit dalam ketengangan yang lalu terjawab.

'Bapak tadi salah tidak menunggu lampu hijau aktif.' ucap si petugas sopan.

Saya berkata, 'Tadi saya sebenarnya sudah begitu, Pak. Tapi di Jogja, saking alonnya, kadang hijau masih dianggap merah. Jadi saya slow saja!'

'Oh begitu ....' balas si petugas.

'Makasih, Pak!'

Saya langsung mengegas dalam kekacauan hati yang mendalam dan bersyukur terbebas dari kutukan isi bensin mandiri.

~~~~~~~~
Mari merapat di www.rumahdanie.blogspot.com

Tidak ada komentar