Header Ads

CINGCAU dan MEREKA PEROKOK AKTIF



'Anda makan cingcau, Pak Danie!' Dr. Angeline memberi nasihat saat saya berkonsultasi padanya. 'Itu akan membantu Anda kuat!'

Bekerja satu ruangan dengan perokok yang nyaris kaya lokomotif bikin saya mati kutu. Mati segan, hidup tak mau. Kalau saya protes, saya pikir pikir karena ia senior dan akan berujung pemecatan. Jika saya diam saja menerima asapnya, batuk batuk saya sampai mata mendelik. Jujur keadaan ini membuat saya seperti di sebuah lift yang macet dan sesak manusia.

Pun saya usai jam kerja meluncur ke dokter spesialis kulit. Sengaja saya tidak ke dokter penyakit dalam yang notabene orang terpapar asap rokok akan terkena kanker paru paru. Itu tidak saya pusingkan karena sudah dua tahun ini saya mengikhlaskan nyawa saya oleh asap dari perokok aktif. Justru saya khawatir dengan kesehatan kulit saya.

Kulit bagi saya harta paling berharga. Keriput dan warna kulit hitam dekil jadi momok saya. Itu tidak boleh terjadi karena akan mengurangi keanggunan saya ketika bertatap muka dengan klien. Harga diri saya runtuh seketika. Dr. Angeline yang membantu merawat kegantengan kulit saya.

***



'Pak Danie.' Dr. Angeline meneruskan masukannya pada saya.

'Ya, Ses. Eh .... Nona, eh ... Bu dokter!' saya gelagapan karena si ibu dokter janda di depan saya menyilangkan kakinya dalam duduknya yang tenang.

'Anda tidak mungkin melawan mereka teman sekerja Anda kan, Pak Danie? Itu namanya bunuh diri dengan karir Anda! Toh, Anda juga sudah mengikhlaskan diri mati oleh asap rokok. Ya begitulah nasib para perokok pasif di negeri ini.'

'Lalu saya harus bagaimana, Bu Dokter?'

Dr. Angeline yang saya kenal tidak hanya seorang dokter kulit yang mumpuni. Ia juga seorang psikolog andal yang bisa menaikkan moral dan gengsi pasiennya menjadi lebih mantap. Saya terus mendapat asupan bergizi yang membuat saya ketagihan bertemu dengannya. Tidak untuk yang lain lain.

'Ya itu tadi, Pak Danie beli cingcau yang menurut penelitian punya zat antioksidan pembunuh sel kanker!' seru Dr. Angeline sambil meninju udara.

'Bukankah itu makanan ular, Bu?' tanya saya serius.

'Benar, makanan ular. Tapi sekarang lagi tren manusia mengikuti selera makan hewan buas. Orang bilang itu Go Green. Nah, ayolah jalankan saran saya makan cingcau.'

Apa yang dikatakan Dr. Angeline pasti saya laksanakan. Misal dia memerintah saya minum air tajin setiap hari, saya menurut. Dia saja yang tak pernah peka jika saya menggemarinya.

'Saya beli di mana, Bu?' tanya saya lagi.

'Di toko bangunan!' seru Dr. Angeline. 'Di mana kau suka lah, Pak Danie! Di hati saya juga ada ....'

Wah, Dr. Angeline berubah! Ada apa dengannya yang bikin ia berkata seperti itu? Argghhh .... Makin pengin terus ke kliniknya. Peduli setan sama uang yang akan menggelontor deras buat perawatan darinya.

Mari merapat di www.rumahdanie.blogspot.com

Tidak ada komentar