Header Ads

SAVING PRIVATE RENY ~Mimpi Mimpi Ilmuwan Galau~


Jauh sebelum kata 'galau' jadi tren yang menembus tua muda, Wili dan saya yang memulai. Awalnya banyak padanan yang bisa dimuncul populerkan; gundah, gulana, gelisah, atau bimbang, tapi kami berdua memilih GALAU.

Galau bermula dari mimpi kami. Kami terus berkhayal, 'Kalau jadi ilmuwan kaya beli apa, ya?', dan terus kalau kalau yang lain. Juga Wili dan saya sama sama suka udang galah. Dua kombinasi udang galah dan mimpi kalau, kami ciptakan kata 'galau' yang sering Anda ucapkan. Jadi, otak dan tindakan Anda kami yang kontrol.

***

Wili yang pertama lepas dari predikat ilmuwan galau. Saya lama terjebak, terlilit, terpuruk, oleh rasa tak jelas. Damn this world, yeah! Wili dengan cepat menemukan berbagai formula ciptaannya yang mencengangkan.

'Aku berhasil menyuntikkan gen tikus ke manusia? Jadi mutan!' Jelas Wili bangga suatu hari. Saya lupa hari weton Jawanya.

Saya mendapat informasi memang benar mutan ciptaan Wili berkeliaran di tempat dekat kita. Terutama Senayan. Manusia tikus berkembang pesat di sana. Tepuk tangan saya layangkan pada Wili.

'Apa proyek kamu termutakhir, Wil?' tanya saya di Kafe Pesing 24 Jam Non Stop.

Wili menengok kanan kiri memastikan tak ada kuping yang mencuri dengar. Bagi seorang ilmuwan, rahasia penting. Hanya ukuran celana dalam Wili yang tak ia rahasiakan justru diumbar. Jam kafe berdentang dua belas kali yang berarti waktu Zuhur juga bel istirahat SMP di sebelah kafe.

'Aku bikin banteng super ....' bisik Wili. Ia meminum kopinya rusuh. Matanya menyelidik.

Saya menenangkan Wili dan mengeluarkan buku catatan. Ada baiknya kami bercakap lewat media tulis tangan.

Wili (W): 'Bantengku cantik.'

Saya (D): 'Kau sudah nggak doyan cewek? Lebih enak hewan?'

(W): 'Matamu. Jidatmu peyang Dasar. Haha.'

(D): 'Kenapa banteng itu? Bisa bicara? Ditawar pengusaha kaya? Kau tolak? Lalu banteng itu hilang?'

Wili menatap saya, menggelengkan kepala, dan berdecak.

(W): 'Kok tahu?'

Karena hati kami berkoneksi, saya mampu membaca jalan pikiran Wili. Saya tutup keras buku catatan saya.

'Waktunya menyelamatkan? Siapa nama banteng itu?' tanya saya ke Wili.

'Reny.' jawab Wili.

'Segera! Karena Reny asetmu. Aku bantu.'

'Ke mana carinya?'

'Ke kuburan?!' bentak saya. 'Kita analisis.'

Wili menyetujui misi penyelamatan Reny. Saving Private Reny. Dan kami beraksi.

Tidak ada komentar