Header Ads

Sahabat Sembilan Benua & Pempek itu



Sembilan Benua ia menyebut dirinya. Sahabatku berambut keriting dan hitam kulitnya khas Jawa mendekati Afrika. Ia murah senyum dengan cerita cerita banyolannya yang terkadang wagu namun aku menerimanya karena takut jika aku tak tertawa ia terjun ke jurang pantai Laut Kidul. Perawakannya besar ke samping dan tingginya sama denganku .... oh tidak, Sembilan Benua sepundakku yang menandakan Tuhan memberi gen padaku lebih unggul. Tapi ada sesuatu yang bikin ia spesial. Dan apakah gerangan itu?

Kutulis cerita ini karena hatiku panas oleh ulah Sembilan Benua. Tidak pengin aku meremukkan tulangnya, membakar dirinya, atau menelan ia bulat bulat. Aku masih punya harga diri sebagai manusia yang punya sopan santun dan kepekaan yang tinggi. Sembilan Benua sudah termasuk temanku yang kunominasikan sebagai salah satu sahabat terbaikku di dunia.

'Kenapa kau pajang foto surveimu pas makan pempek, Bandot?!' serangku lewat Facebook. Bandot ialah kambing jantan tua yang dagingnya alot dan berbau sangat menusuk.

Ia tertawa puas. Aku makin beringas menyerangnya bertubi tubi dari berbagai arah. Kusebut ia tidak punya hati dan usus karena sudah tahu jika aku penggemar pempek nomor wahid.

'Pasang foto pempek, berarti Perang Besar!' seruku lagi. Ia membalas sama: 'Ha, ha, ha ....'

Apa dia pikir aku seorang badut yang bikin orang senang dan tertawa? Atau, diam diam Sembilan Benua kangen sama aku dan sengaja mempertontonkan setiap aksinya di hutan belantara tempat ia survei? Ya, sekarang ia berada di Jambi.

***

Saking kesalnya, pengin kugebrak meja kantorku dan kutinju monitor laptopku! Emosiku sudah di ubun ubun. Tapi, emosi berhasil kukendalikan karena kalau tindakan tadi kulakukan sama dengan ATM terkuras buat beli yang baru.

'Sembilan Benua Keparat ....' kupelototi foto FB nya. Kucermati apa yang ada di situ.

Ah, brilian ... Kulihat, seorang lelaki bertopi ada di hadapan Sembilan Benua. Ia menatap sangat aneh pada sahabatku itu. Tangannya memegang telinga teko berisi cuko. Kuberdoa di dalam hati, semoga mereka berdua kelak suatu hari berantem minimal saling beda pendapat. Dan kalau mereka duduk lagi satu meja di warung Pempek, si lelaki bertopi itu menyiramkan cuko ke muka Sembilan Benua.

YIPI ....

Kepalaku bertanduk sekarang. Tapi, aku berpikir dalam, tak sepantasnya Sembilan Benua mendapat perlakuan seperti itu. Karena ia baik hati meski kadang yang menyebalkan ya itu ... narsisnya yang tak ketulungan. Setiap gerakan ia umumkan:

'Hai, aku mancing! Dapat hiu loh ....' Mancing adalah kegemarannya.

'Aduh ... boyokku sakit! Badminton bikin aku seperti ini ....'

Please deh! Kita sudah tidak muda lagi, Sembilan Benua. Batinku selalu mengatakan itu acap kali ia berpose habis habisan dan mempertontonkan ke dunia. Bukankah semakin dewasa tantangan kita ialah memberikan nilai untuk sesama? Aku makfum, tak ada niat jelek dalam diri Sembilan Benua. Ia tak mungkin pamer karena hatinya tak seperti itu.

***

Kini aku dan Sembilan Benua terpisah oleh tempat kerja yang berbeda. Masih kuingat saat itu hujan lebat, kami berdua nongkrong di angkringan untuk berteduh. Ketika itu aku dalam kegalauan luar biasa, masuk S2 tak bermodal dan membantu dosen untuk sekadar menyambung nyawa. Kubercerita panjang lebar, tak menutupi apapun, karena naluriku mengatakan Sembilan Benua meski teman baru tapi ia dapat dipercaya. Ia belum mengambil sekolah pascasarjana waktu itu.

'Aku harus bisa seperti, Mas Danie!' selorohnya dan aku pura pura tak mendengar.

Memang benar, Sembilan Benua mengambil risiko bersekolah kembali. Berguling guling dan jatuh bangun sama sepertiku, akhirnya kulihat ia memajang foto wisudanya. Sembilan Benua resmi bergelar M.Si. Ia master ilmu geografi. Melonjaklah diriku. Jika boleh aku menangis, dan Anda tak mengatakan lelaki menangis pergi saja ke neraka, aku bangga akan pencapaiannya.

Pempek hari ini sudah tak berarti lagi ketimbang prestasi Sembilan Benua yang luar biasa.

Selamat sobat, Sembilan Benua! Terima kasih telah pernah berucap jika: 'Mas Danie selalu memberi inspirasi bagiku.'

Satu pertanyaan pamungkas: 'Kenapa ia pakai nama Sembilan Benua di Facebook? Tidak nama aslinya yang menurutku sangat baik? Apakah ia ingin menantang dunia untuk menambah dua benua yang kini hanya tujuh? Ah, ia memang selalu misterius!'



Sumber foto: FB Sembilan Benua
Meribut di www.rumahdanie.blogspot.com

Tidak ada komentar