Header Ads

Mengerjai Profesor Bijak Bestari

Mempermainkan seorang profesor. Ia yang telah kaya pengalaman, dibuat takluk dengan serangkaian aksi energik dan kreatif. Dari para mahasiswanya. Tak perlu dikatakan, ini rahasia kita saja. Pendekatan ini luar biasa. Licik tapi tidak menjurus ke tindakan kasar yang melecehkan. Diusahakan tak terjadi kerusuhan. Karena, di kampus haruslah menjaga kesantunan dan sopan santun. Menjadikan Negeri Khatulistiwa tempat terlembut rasa dan memberi pengakuan jika senioritas mutlak dihargai.

Profesor berhidung belang. Suka tertawa dan menangis tanpa jelas maksudnya. Mengajar ngawur dengan gabungan antara fisika, sastra, dan banyolan tanpa batas. Antara mahasiswa dan dirinya tak ada sekat. Serasa cair, membuat ide mengalir dengan deras. Memang, julukan hidung belang itu yang sangat mengganggu. Perlu diluruskan. Anak muda bisa saja memberi masukan. Tak boleh ragu. Karena, uzur pun bisa melenceng menuju kondisi darurat. Musti ditempatkan pada jalur yang tepat itu profesor.

'Pak, kancing celana Anda kebuka!' bunyi ringtone salah satu mahasiswa.
'Siapa itu?'
Semua diam.
'Ga ada yang ngaku? Baiklah.'
Si Profesor membenarkan kancing celananya.

Mahasiswi seluruhnya di dalam kelas mengedip ngedipkan mata. Tanpa kecuali. Si Profesor bingung. Ini sudah dirancang, dikoordinasikan dengan matang. Lewat SMS berantai.

'Ada apa kalian? Kenapa mata kalian kedip kedip?' tanya si Profesor.
'Debu Merapi Pak!' jawab keras Jonathan mahasiswa Batak.
'Oh. Hati hati ya kalian. Sedia Insto, atau tetes mata merek apapun.' wejang si Profesor.
'Baik Pak.' jawab serentak seluruh mahasiswa.

Keesokan harinya, ada aksi aksi lain. Yang berganti ganti. Tak melulu. Harus ada perubahan pada diri si Profesor. Tidak hanya mahasiswa yang wajib berubah. Dua sisi.

Bergerak bersama sama. Itu lebih baik. Daripada satu bergerak, yang lain tidur pulas menikmati gelar: Profesor.

Meribut di www.andhysmarty.multiply.com



Tidak ada komentar