Header Ads

Memutus Separuh Berlogika

Memutuskan hanya dengan separuh logika. Membiarkan nafsu mengisi sisanya, dan diriku kini menyesal. Mengapa dahulu tak menahan sebentar, berpikir dalam, lalu memandang sekeliling? Benar benar tak mengerti, tak habis pikir, mengapa aku bertindak konyol. Sekarang, bisa ditebak, terlanjur basah.

Apa yang musti dilakukan untuk mengurai semua ini?
Terlalu klasik jika pergi ke cenayang di depan rumah, yang dikenal seantero bumi, sedangkan aku tahu kebobrokan dia. Atau, menenggak minuman keras untuk mengusir kacau dari otak? Apa bedanya diriku dengan preman pasar yang suka memalak ibu ibu pedagang?
Ah, haruslah diriku adil bersikap.

Keputusan tambahan:
Sudah dijalani, risiko harus diterima. Memaafkan diri sendiri, selanjutnya melangkah dengan energi yang masih terkumpul. Mencari solusi yang lebih baik dan bijak. Bagi diriku sendiri, dan orang lain. Jangan sampai melukai semua orang yang saling bersinggungan dalam kepentingan.

Mencabut kata penyesalan, karena itu akan meringankan beban. Menggunakan kata yang lebih aktif, tak cukuplah dengan diam diri. Bergeraklah. Karena Tuhan mengetahui umatNya yang ingin berubah. Yakini itu.

Menganggap masalah adalah tantangan yang harus dipecahkan.

Meribut di www.andhysmarty.multiply.com

Tidak ada komentar