Header Ads

Gerimis, PSSI, dan Abang Tukang Cendol

Gerimis. Di lapangan bola. Menuju hujan. Pemain bola masih asyik berlatih. Tak peduli akan deras. Seorang penjual es cendol cemas. Dagangan masih tiga perempat. Belum habis. Menunggu permainan bola segera bubar. Dan, para atlet minum sampai puas, membayar, dan abang cendol balik rumah dengan lega. Melapor ke bini, menghitung duit di atas dipan.
    
     'Cendol Mas Mas. Sini minum dulu.' tawar abang cendol dengan berteriak.
     'Tusuk lewat sana!' perintah sang pelatih bola.
    
     Anak anak latih makin kesetanan. Menerima instruksi pelatih dengan baik cerdas dan taat. Satu pemain ke pinggir lapangan. Bernomor punggung 7, bernama Fatih.
     'Bos. Haus.' ucap Fatih.
     'Ini Aqua.' sang pelatih melempar botol tanggung air mineral.
     'Bukan Bos. Es cendol itu.'
     'Ah gimana KAU. Atlet tidak boleh minum sembarangan.' sengat sang pelatih.
     'Tapi aku kasihan Bos. Ama si abang itu.' tunjuk si pemain dengan iba.
     'Ga ada keringanan. Biarin aja itu penjual.'
     'Bos pelit.' teriak Fatih sembari berlari ke tengah lapangan.
     'Ikuti aturanku, atau aku pecat!'
    
     Abang penjual es cendol mendengar percakapan mereka. Harus sabar. Tunggu saja setelah permainan usai, atlet atlet akan mencuri waktu untuk merasakan kelezatan es cendol. Di saat si Bos pelatih lengah.
    
     Meribut di www.andhysmarty.multiply.com

Tidak ada komentar