Header Ads

Kacamataku, Antasari Azhar, dan si Tikus Micy

Tunjukkan dimana kacamataku. Tunjukkan. Kumohon. Aku lupa menaruh, mungkin di lemari, kamar mandi pas gosok gigi menjelang bobo, atau jangan jangan ... tak sengaja dipakai tikus. Mmh, aku tahu. Pasti si Micy pakai buat mejeng di Mal Super Grobogan. Ia pura pura menawarkan lem perekat anti tikus. Padahal produk palsu. Biar citra lem penjebak atau sebangsanya redup. Dan, berakibat ... mengakibatkan populasi tikus kembali naik. Akhir akhir ini tikus banyak yang terkapar, mati, sebelumnya keluar buih putih di mulut juga nanah hijau di telinga mereka. Akibat Antasari Azhar. Ya, bos KPK keparat itu.

'Rencana sukses dilaksanakan Bos.'
Pfft ... Diikuti suara handy talkie.
'Oke. Geber terus. Jangan sampai musuh lolos.' Suara dalam dari ujung sana.
Aku dulu pernah memergoki si Micy berjeruntal jeruntul di rumah. Kubiarkan saja, karena rasa kemanusiaanku melebihi binatang. Yakin, seratus persen seperti yang ditawarkan Mizone, be 100%, si Micy telah menjadi tokoh antagonis.

Telingaku berdengung. Telepatiku menyala.
'Gunakan Rani sebagai pancingan.'
Pfft ...
'Oke Bos.'
Kacamataku sudah tak menarik lagi. Tergantikan oleh petualangan seru si Micy, Antasari Azhar, dan Rani Juliani.

Indonesia Menyapa di TV One terus menggeber berita paling aktual. Biar rating Metro TV direbut dengan fantastis.

Dan benar. Si Micy tampil di TV. Diwawancara, dikonfrontir oleh 2 penyiar, yang kemampuannya serasa melebihi para jaksa. Jadi, pengadilan buat apa? Pekerjaan hakim, jaksa, dan pengacara telah digantikan oleh para awak media. Kacamataku, Micy jahat.

Bersambung

2 komentar: