Header Ads

Hakim, Wasit, Polisi, dan Penengah Demonstrasi: Menuju Indonesia yang Elegan dan Cerdas

Membayangkan hakim tak judes saat memimpin sidang. Memohon senyum wasit sang pengadil sepakbola. Menitipkan salam kasih kepada para polisi dari murid Playgroup. Menjembatani pengunjuk rasa dan pemilik modal.

Adil, kata yang indah namun sukar dilakukan. Beruntunglah mereka yang bernama Adil. Tak perlu peduli dengan keadilan, orang orang percaya itu Adil. Mudah, susah, hanya cara berpikir.

Wasit, hakim, polisi, penengah demonstrasi, duduk di meja warteg. Bertukar pikir bagaimana memecahkan masalah. Usul, berganti tempat memimpin.

Hakim berdiri tegak di taman rumput. Tak ada pesepakbola, gemuruh suporter, uring pelatih. Hukum hakim tak berguna.

Wasit tak perlu sekuat tenaga meniup peluit. Santun, pengunjung sidang tak berteriak mengucap nama Tuhan, tak ada umpat antar keluarga korban dan tersangka. Wasit menemui suasana yang berbeda. Elegan melihat hukum persidangan, bertaji di lain tempat, lapangan hijau.

Polisi dan penengah demonstrasi mengisap cerutu bersama. Mengatur supaya para buruh berjejer rapi. Mengajari yel yel yang benar, dengan tulus menjaga mulut buruh. Hak tersampaikan, perusahaan menyerahkan keadilan yang semestinya.

Hukum, adil, menuju Indonesia yang elegan dan cerdas.

1 komentar: