Header Ads

Chat Bersama Si Tampan

Lelaki bernama Tampan. Duduk di teras berteman secangkir kopi kental manis dan sepiring singkong rebus. Sudah satu pak rokok kretek ia hisap. Ini yang terakhir. Menunggu istri, menanti reda hujan, berharap si peminjam motor datang. Malam menjelang di tengah hampar kebun tebu yang kini berubah menjadi perumahan elit.

Aku mengenal ia tanpa sengaja. Di wahana chatting. Masih pemula aku waktu itu. Itupun aku diajari oleh karib.
Coba saja. Untuk mengisi hari. Suntuk hilang.
Apa ini?
Aku ajari. Diam, tak usah cerewet. Kamu akan bertemu teman baru. Siapa tahu berjodoh.
Air mata seperti ingin tumpah. Hati lembutku curiga temanku akan menjeratku dan menjualku ke Cukong. Ngeri. Kututup mukaku. Ingin menangis, kutahan bibir.
Tak usah takut. Ini cuma hiburan.
Dia tahu isi hatiku.
Membuat alamat email, mendaftar sesuatu. Bret, dunia maya terbuka.
Oke, aku sudah ajari kamu. Selamat berchatting.
Kurang pintar, temanku meninggalkanku sendiri di boks warnet.
Klik, grup.
Sex
regional
hobbies
masih banyak lagi
Lebih aman kupilih regional, Jogja.
Huruf huruf bergerak cepat. Otak kampungku serasa ditarik. Diisap, dihipnotis.
Truing
Si Tampan, si anu, si itu.
Nama Tampan sungguh menggoda. Terus, terus, lupa waktu.

Dua hari, minggu, bulan. Janji kopi darat.

Imajinasi runtuh melihat wujud nyata si Tampan.
Tak berniat menjadi pasangan, teman saja.

4 komentar: