Header Ads

Ibuku, Penjagalku

    Ibu dulu menjagalku. Memasungku, menahan kedua kakiku untuk melangkah, tak berharap tubuhku melayang menikmati angkasa. Dia selalu berujar agar aku tak menerbitkan mimpi-mimpi. Khawatir jika sakit menemui anaknya, diriku.  
    Bundaku adalah insan yang memperhatikan detail kehidupan dari seluruh anaknya. Sisi baru yang diperlihatkan anaknya dibabat habis, tak boleh berkembang. Hanya ada satu yang berhak dienyam buah hatinya, sisi pemikirannya. Anak sebuah produk yang siap cekok, siapa melawan maka sikutan yang didapat.  
    Aku ingin terbang dengan apa yang terus ingin kulakukan, ibuku menahanku. Tak sempat kurasakan indahnya sebuah pengharapan, aku kini mati di dalam sebuah kandang bersama seekor gajah. Siap diinjak, menawarkan tubuh tanpa pernah berusaha ke luar meninggalkan kematian yang nyata. Rumput menelan diriku, gajah bak seekor kuda akan menelan tubuhku mentah-mentah. Tanpa pernah mengenal keindahan bernama mimpi-mimpi.  
    Lari dari rumah, sebuah keputusan yang benar kulakukan. Daripada aku membusuk bersama keinginan bunda, aku memilih untuk mati di hamparan hidup yang menurutku lebih adil. Aku melupakan bunda yang mengeluarkanku, bersama angan-angan yang mencuat.  
    Mengeruk-ngeruk tanah, menemukan kembali tulang-belulang yang masih lantang melawan tanah. 

Tidak ada komentar