Konsep Cintaku apakah sama dengan banjir novel cinta dan la tahzan di rak-rak buku itu ya?

Aku bingung merumuskan arti cinta. Banyak orang mengatakan, cinta tidak untuk dikatakan tapi dilakukan. Kembali kuberpikir, mengapa cinta selalu tak berpihak kepadaku. Bagaimana aku bisa melakukan apalagi mengatakannya, sedangkan aku belum sempat berkenalan dengannya. Cinta sepertinya telah berpihak, lebih memilih orang-orang yang menghamba akan kilauan bernama cinta.

            Tak patut menyalahkan orang lain, sepenuhnya ini adalah masalah pribadi yang tak boleh diumbar. Tapi, aku hendak bertanya: “Cinta itu berwujud seperti apa?” Banyak orang mati karena terlilit masalah asmara, di lain pihak banyak pula orang yang bisa merapikan dua hati menjadi rapat.

            Ada baiknya aku merumuskannya melalui sebuah harapan, yang ditulis runtut agar aku memiliki panduan:

1.      Cinta itu melupakan. Meninggalkan kesan yang bersemayam di dalam otak, keakuan akan diri dan keyakinan bahwa akulah yang terbaik.

2.      Cinta itu menepiskan. Melumatkan segala kesal dengan keinginan untuk bercerita kepada kekasih.

3.      Cinta itu membenci. Mempunyai amarah dan hasrat untuk memuaskan pujaan hati. Benci jika dia tak mendapatkan kenyamanan.

4.      Cinta itu meledakkan hasrat. Bersama-sama meraih cita-cita. Memanfaatkan dua potensi menjadi satu kekuatan yang tak terpatahkan gelombang laut sekalipun.

5.      Cinta itu dusta. Membohongi diri bahwa hati sebenarnya bagian tubuh paling rapuh, hingga berkeinginan untuk meminjam hati kekasih sebagai penggantinya.

6.      Cinta itu sekarat. Sampai nyawa di ubun-ubun, kata ‘tak terpisahkan’ menjadi pengikat dua makhluk.

7.      Cinta itu serakah. Rakus untuk terus mengeruk kebaikan dan keindahan hidup yang masih terpendam dalam hati kita.

8.      Cinta itu sedih. Mengaku sepi jika sang kekasih jatuh sakit. Ingin terus berada di sisinya.

9.      Cinta itu _________________________________