Header Ads

Rindunesia, Lupakah Dulu Kau Dibantu Irak?

Baghdad telah menjadi lautan mayat. Jiwa tak bersalah melayang tak tentu di mana rimbanya. Mereka melayang-layang di angkasa biru kota tua tak bertuan. Meratap, meronta, dan ingin mereka ditangkap oleh rekan sebangsanya. Tak sudi mereka turun kembali ke bumi, dikubur oleh bangsa asing yang menindas tak tahu hati. Mayat, di mana-mana mayat. Bau busuk menyengat menyelimuti budaya berusia ribuan tahun. Serasa kemanusiaan kosong menggantikan segala ketrampilan yang dibentuk.

            Aku mengenal Baghdad hanya melalui cerita ibu guruku. Itu pun sepotong-potong dan tak utuh. Yang kutahu, Baghdad berada di antara Sungai Tigris dan Efrat. Disitu mengalir air madu yang tak akan pernah habis jika diminum rakyatnya selama ribuan tahun. Bayanganku, raja yang memerintah Baghdad saat itu adalah pemimpin yang bijaksana. Membangun taman Babylonia yang terkenal sepanjang masa. Bukti kecintaannya terhadap reka tangan manusia pada zamannya.

            Tapi, kau lihat sekarang. Baghdad telah membusuk. Oleh perang biadab. Bernilai jutaan dollar yang dikawal sang penjagal. Hanya demi minyak, jutaan rakyat menderita. Anggota masyarakat saling menyerang, disulut rasa permusuhannya oleh sang pengadu. Kota ini sekarang tak mempunyai harapan untuk sekadar bangkit dari luka yang bernanah. Bau menyengat menusuk hidung. Menebarkan bakteri pembusuk yang siap mengintai satu per satu nyawa rakyat Baghdad.

            Haruskah kota yang kukenal sangat menjunjung kedamaian itu hancur dan hilang dari peta dunia? Berganti nama menjadi negara koloni. Hingga budayanya berubah menjadi budaya barat? Aku tak ingin akar tercerabut dari tanah Irak secara paksa. Menyakitkan dan menimbulkan pesan permusuhan. Ini harus dihentikan. Secepat mungkin.

            Penguasa Rindunesia terlalu sibuk mengurus diri sendiri. Lupa dulu pernah dibantu oleh sahabatbya di negeri seberang. Irak malang nasibmu kini.

9 komentar:

  1. Negeri Seribu Satu Duka? Ternyata kekayaan sebuah negeri tak selamanya mengundang kesejahteraan ya......

    BalasHapus
  2. Maksudmu, Irak atau Rindunesia?
    Loh kita kan senasib seperjuangan. Kenapa harus merengek.
    Tuh cucian Emakmu belum kau kerjain!
    Jadilah anak penurut.
    "Sini, kau makan batu!" --> Balas dendam nih hahaha

    BalasHapus
  3. Bagus, kau sudah mulai belajar menikmati kemiskinan dengan belajar makan batu. Rebus sampai empuk, tambahkan garam secukupnya. Jangan digoreng, boros minyak.

    BalasHapus
  4. Oke bu menteri perdagangan!
    I wish, I wishh ....
    ya wisssssss

    BalasHapus
  5. biarin kaliii ...
    kan lama abisnya.

    BalasHapus