Header Ads

Layar Asmara

Selayar aku dengan kekasihku. Gadis Minangku yang telah lama kuimpikan. Mengarungi samudera lepas, tertawa riuh walaupun tak jelas arah yang kami tuju. Semua kami lakukan tanpa perencanaan yang matang. Membebaskan diri, melepaskan semua beban, dan menikmati segala risiko yang mungkin terjadi. Aku sebagai lelakinya, sudah lelah menempuh hidup sendiri. Hingga dia berniat baik untuk menjadi kekasihku. Aku menerima saja tanpa pikir panjang. Semua mengalir begitu saja. Tanpa rencana.

            Layar kapal kami tertiup angin. Entah angin muson barat, timur, tenggara, atau apa kami tak peduli. Yang penting sekarang kami memutuskan untuk berlayar. Tak peduli kami akan bersandar di pulau mana atau negara apa. Kami putuskan untuk mengarungi hidup bersama. Di dalam kapal ini yang layarnya indah mengembang.

            Dan memang benar apa yang dikatakan oleh Bang Sutan Takdir Alisyahbana: Layar pun Terkembang ....

            Aku bebas. Dia bebas. Kami bebas berlayar. Tak ada sistem mana pun yang berani mengekang kami. Selamat tinggal sistem yang mengekang. Kami sekarang bebas berimajinasi tanpa ada yang bisa mengomentari kami. Tak peduli orang mau bilang apa. Selamat tinggal celotehan. Selamat tinggal egoisme. Dan kami berhak menciptakan “egoisme” yang berperkemanusiaan menurut sisi pemikiran kami. Dan kami anggap egoisme orang-orang di sekeliling kami dulu adalah egoisme khas binatang!

            Maafkan kami ... maafkan kami ... jangan ucapkan terima kasih atau selamat jalan. Biarlah kami pergi tanpa buah tangan apa pun. Dari siapa pun.

4 komentar:

  1. bikin jd buku aja ... LAYAR-LAYAR CINTA. siapa tau menandingi Ayat-Ayat Cinta

    BalasHapus
  2. ide bagus dan cemerlang ....
    makasih ya
    aku kasih gulali

    BalasHapus
  3. asal naskah itu jgn ditawarin ke sini...

    BalasHapus
  4. ndak ahh ... aku kirim ke penerbit Aussie aye ... hahahaha
    lagian naskah ini juga masih standar ko ... aku nulisnya di WC hahahaha

    BalasHapus